Jalan Kebenaran vs Jalan Kemurtadan

Amsal 12:15-28

Kitab Amsal memberi kita bantuan praktis guna mengetahui, melakukan, dan menikmati kehendak Allah bagi hidup kita. Sebab itu, kita perlu menunjukkan iman dan komitmen kepada Tuhan dengan segenap hati serta mendengarkan kebijaksanaan orang lain. Amsal 3:5, 6 mengajarkan, "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."


Pengamsal menunjukkan perbandingan antara orang yang bijaksana dengan orang bodoh. Perbandingan ini ditunjukkan secara jelas, yaitu ketika orang bijak mengabaikan cemooh, orang bodoh akan menyerukannya (16). Saat orang bijak mengatakan kebenaran yang adil, orang bodoh akan mengucapkan tipu daya (17). Orang bijaksana menyembunyikan pengetahuannya, sedangkan orang bodoh menyeru-nyerukan kebodohannya (23). Kesimpulannya, kehidupan hanya ada di jalan kebenaran. Sementara jalan kemurtadan akan membawa kepada maut (28).


Roma 3:23 menegaskan upah dosa adalah maut. Karena itu, kita bisa menarik satu garis penjelasan bahwa jalan kemurtadan akan mengarah kepada jurang maut. Apakah jalan kemurtadan ini? Yaitu jalan yang diatur dan diukur menurut pertimbangan sendiri tanpa melibatkan Allah dalam kehidupannya (bdk ay. 1). Inilah jalan yang tidak mengikuti arahan Yesus Kristus (Yoh. 14:6).


Sering kali kita tidak mau mendengarkan nasihat yang baik. Jika nasihat itu benar, mengapa kita tidak siap membuka telinga? Ketika kita hanya mau mengikuti jalan hidup tanpa mau melibatkan Tuhan, di situlah kita mengalami kejatuhan. Pengamsal mengajak kita mengambil sikap seperti yang tertulis dalam Maz. 100:3, "Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya." Sudahkah kita mengakui Dia sebagai Pencipta, Gembala, dan Pemilik hidup kita sepenuhnya? [IBS]

Scripture Union Indonesia © 2017.