Rancangan Orang Benar

Amsal 12:1-14

Di mana kita dapat menemukan keadilan hari ini? Andai pun kita menemukannya, apa ukuran keadilan itu? Mungkin pertanyaan ini sering terdengar dalam hidup kita saat bermasyarakat. Pertanyaan tersebut cukup tepat diajukan ketika keadilan di dunia ini sudah kehilangan pedoman dan arah tujuannya.


Amsal dikenal sebagai pribadi jujur dan lugas dalam mengungkap realita seperti yang sudah kita baca beberapa kali. Tetapi, kejujuran ini dimaksudkan untuk mengajar yang kita menjadi bijaksana. Salah satu syarat bagi mereka yang mau belajar adalah siap untuk menerima koreksi. Kata "didikan" (1) sebenarnya berbicara tentang disiplin. Dalam pendidikan karakter dan kepribadian, kita membutuhkan disiplin yang ketat agar kita menjadi orang yang berhikmat dan bijaksana. Selain itu, kata "dungu" (1) tidak mengandung arti hinaan, tetapi lebih sebagai istilah yang menunjuk pada sikap dan perilaku seseorang. Terjemahan lain akan menggunakan kata ?bebal?.


Ayat kunci untuk memahami perikop ini ada di ayat 5, di mana pengamsal membuat perbandingan antara orang benar dan orang fasik. Orang benar mengarahkan diri kepada keadilan, sedangkan orang fasik cenderung memperdaya. Pengamsal menjelaskan keadilan sebagai tidak bersifat memperdaya (5), tidak egois (6), memiliki kualitas tahan lama (7), tanpa pamrih (9), setia (11), dan tekun (12). Intinya, mereka mengerjakan segala sesuatu sebagai bentuk pelayanan kepada Allah yang hidup.


Bagaimana dengan orang fasik? Mereka lebih mencari kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Mereka tidak memiliki rasa takut akan Allah yang membuat mereka berpikir tentang adanya hari esok. Niat dan nafsu mereka dipenuhi dengan kedengkian, iri hati, dan kesia-siaan (5a, 10a-11, 12a).


Bagi mereka yang melakukan kejahatan, mereka tidak akan memiliki dasar yang kokoh untuk berdiri. Namun, orang benar akan teguh berdiri di atas Kristus sebagai landasan yang teguh! [IBS]

Scripture Union Indonesia © 2017.