Bila tidak ada yang murni

Yeremia 6:22-30

Upaya pemurnian logam, misalnya emas, dilakukan untuk memisahkan logam dari unsur-unsur yang dapat dikatakan sebagai ampas atau sampah. Dengan demikian, ampas atau sampah akan dibuang dan logam yang murni dapat dikumpulkan.


Allah menugaskan Yeremia untuk menguji umat karena umat perlu diselidiki (27, bdk. Yer. 5:1). Namun setelah dilebur, tidak ada hasil yang murni keluar dari peleburan itu karena kotoran logam tak juga meleleh dan hilang. Ternyata umat adalah pendurhaka, pemfitnah, dan busuk kelakuannya (28). Padahal peleburan sudah sangat panas (29). Ujian untuk pemurnian itu seolah-olah menjadi sia-sia karena tak ada hasilnya. Karena tidak adanya kemurnian itu, Tuhan menolak umat sama seperti perak yang ditolak karena tak berhasil dimurnikan (30). Implikasinya, Allah akan membuang umat dari tanah-Nya sebagai hukuman bagi mereka.


Untuk itu, Allah akan mendatangkan suatu bangsa yang besar dari wilayah Utara (22). Yeremia menyebutkan bahwa bangsa yang bengis itu akan datang dengan perlengkapan perang mereka (23). Target mereka adalah penduduk Yerusalem. Berita mengenai invasi bangsa asing itu akan membuat umat menjadi lemah secara fisik dan mental (bdk. Yer. 4:31). Begitu kejamnya musuh, sehingga Yeremia memperingatkan umat untuk tidak meninggalkan kota dan tidak pergi ke ladang karena akan datang musuh bersenjata yang menyerang mereka (bdk. Yer. 20:3).


Begitu berat hukuman yang Allah berikan melalui musuh, yang akan datang menyerang mereka. Namun hukuman itu bukan lagi merupakan sebuah proses pemurnian karena proses itu sudah terjadi, tetapi tidak ditemukan kemurnian dari dalamnya. Yang ada hanyalah sampah!


Sampah pulakah yang akan ditemukan dari dalam diri kita bila Tuhan menguji kita? Saat ini, bukalah diri Anda selebar-lebarnya untuk diselidiki Tuhan. Mintalah agar Tuhan menyatakan unsur-unsur apa yang masih menjadi sampah di dalam diri kita. Jika Tuhan menyatakannya, mintalah agar Tuhan memurnikan kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.