Tetap berani bersaksi

Kisah Para Rasul 22:30-23:11

Bagi sebagian orang, bersaksi kepada orang dekat tidak menjadi masalah. Namun, bagaimana menghadapi musuh yang siap "menerkam", apakah masih tetap berani bersaksi? Sebagian orang mungkin akan memilih menghindar atau tutup mulut, tetapi Paulus tidak begitu.


Di hadapan Mahkamah Agama yang dikumpulkan oleh kepala pasukan Romawi, Paulus menyatakan bahwa ia hidup sebagai warga negara dengan hati nurani yang murni(1). Hidupnya benar dan berintegritas, terbuka dan terbaca jelas oleh semua orang. Ini terjadi karena kemuliaan Allah bersinar di dalam hatinya. Oleh karena itu, tuduhan bahwa Paulus melarang hukum Taurat dan Bait Suci adalah tidak benar. Mendengar hal itu, Imam Besar Ananias tidak percaya dan ia bertindak sewenang-wenang dengan memerintahkan orang untuk menampar Paulus. Maka, Paulus menegur kemunafikan Ananias karena telah melanggar hukum Taurat, sebab Taurat melarang pengadilan menghukum seseorang sebelum kesalahannya diketahui.


Paulus juga menyebutkan statusnya sebagai seorang Farisi dan berdarah Farisi. Lalu, ia dengan cerdik memaparkan doktrin kebangkitan yang menjadi sumber pertentangan di antara Mahkamah Agama. Orang Saduki memang tidak percaya kebangkitan orang mati dan malaikat. Sebab itu, orang Farisi membela Paulus (19). Keributan pun tidak dapat dihindari sehingga kepala pasukan turun tangan mengamankan Paulus agar nyawanya tidak terancam.


Paulus tentu lelah menghadapi semua itu, tetapi Tuhan hadir menguatkan Paulus dan menyatakan bahwa ia akan selamat dan pergi bersaksi ke Roma. Kita perlu belajar semangat dan keberanian Paulus dalam bersaksi. Karena itu kita perlu menjaga hati nurani dengan hidup benar di hadapan Tuhan. Ini modal besar bagi kesaksian kita, karena perbuatan sering berbicara lebih kuat dibandingkan perkataan. Kita juga perlu berdoa dan dan mengandalkan Roh Kudus agar mendapatkan kuasa dan keberanian untuk bersaksi sehingga orang lain dapat mengenal Kristus. Bila harus menderita karena bersaksi, ingatlah Tuhan beserta kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.