Menjaga diri dari pencobaan

Mazmur 141

Hidup menjaga diri tidak meniru kefasikan yang ada di sekeliling kita, sungguh tidak mudah. Apalagi, kalau orang fasik hidupnya seperti lebih makmur, sukses, dan tidak ada masalah. Rasanya sulit untuk menolak tawaran mereka mengikut dunia ini dan mengatakan kepada mereka bahwa hidup kita lebih baik daripada mereka.


Itulah pergumulan pemazmur dalam mazmur ini. Apalagi kalau ia merasa sepertinya ibadahnya datar. Tidak ada sensasi spektakuler merasakan hadirat Tuhan. Maka doanya, "Biarlah doaku...seperti persembahan ukupan, " "tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang." (2) Di mana kekuatan untuk melawan godaan musuh, kalau tidak rasa dekat dengan Tuhan?


Sebenarnya pergumulan pemazmur lebih merupakan pergumulan hati. Bagaimana supaya daya tarik hidup dalam dosa tidak sampai memikat hatinya (4). Maka, ia lebih senang bila Tuhan menempatkan orang-orang benar untuk memonitor dirinya, menasihati, mengingatkan, bahkan menegur saat kecenderungan dosa mulai menyerangnya (5). Ia berupaya mengelak hal-hal yang sepertinya baik dan aman-aman saja yang diberikan oleh mereka yang tidak mengenal Tuhan. Ia juga berharap, mereka yang jahat cepat kena batunya (6-7), supaya mereka tahu siapa sesungguhnya yang benar.


Di tengah pencobaan itu, pemazmur hanya bisa meminta Allah, supaya menguatkan hatinya bahwa Tuhan akan melindunginya, dan membinasakan semua pelaku kefasikan.


Kondisi hidup kita mungkin tidak beda jauh dari pemazmur. Kunci kemenangan kita bukan pada upaya kita kuat dan tidak ikut-ikutan dunia ini, melainkan pada mengarahkan iman kita kepada Kristus yang sudah menang melawan dosa. Dia sanggup memberikan kita kemenangan yang serupa, dan Dia sendiri bisa menjadi teladan saat godaan menerpa kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.