Jangan sombong

2 Tawarikh 32:24-33

Ujian iman dapat menarik keluar semua karakter asli dalam diri seseorang. Tak ada topeng yang dapat menutup-nutupi isi hati yang sesungguhnya ketika orang bereaksi spontan terhadap ujian yang harus dia hadapi.


Hizkia telah melakukan reformasi dalam hal peribadatan di rumah Allah. Ia juga menunjukkan kepercayaan kepada Allah saat harus menghadapi Sanherib, raja Asyur. Namun kelemahan datang memunculkan diri tanpa disadari. Hizkia jadi angkuh dan tidak berterima kasih atas kebaikan yang dia terima. Maka Tuhan menjatuhkan murka-Nya (25). Namun Hizkia kemudian menyadari dosanya. Sebagai tindakan pertobatan, ia merendahkan diri di hadapan Tuhan, bersama penduduk Yerusalem (26). Murka Tuhan lalu surut.


Batu uji selanjutnya datang ketika raja-raja Babel datang mengunjungi Hizkia. Kitab 2 Tawarikh memang tidak memaparkan apa yang terjadi sesungguhnya. Namun dari kitab 2 Raja-raja kita menemukan bahwa saat itu Hizkia memamerkan kekayaannya kepada raja-raja asing tersebut (2Raj. 20: 12-21). Yang menarik, disebutkan bahwa waktu itu Allah membiarkan Hizkia bertindak sendiri, agar Dia dapat menguji kedalaman hati Hizkia (31). Sayangnya Hizkia tak lulus ujian. Pamer kekayaan itu tidak melahirkan kebanggaan Hizkia akan Allah. Yang muncul justru kesombongan, seolah dialah pemilik semua kekayaan itu. Raja, yang telah memimpin rakyatnya kembali kepada pembaruan iman, ternyata menjadi lemah iman karena kesuksesan yang dia raih. Di puncak keberhasilannya sebagai seorang raja, ia tergelincir justru karena keberhasilannya itu. Ini menjadi peringatan bagi kita.


Kesombongan adalah sikap yang muncul dari anggapan bahwa kesuksesan dan kekayaan diraih karena kemampuan kita, bukan karena anugerah dan campur tangan Allah. Kita dapat disebut sombong bila sudah merasa diri "lebih" bila dibandingkan orang lain. Maka mari menyelisik ke dalam hati kita, adakah benih-benih kesombongan mulai tersemai di dalamnya? Jika ya, mohonlah pengampunan Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.