Kesetiaan yang teruji

2 Tawarikh 32:1-23

Ada orang yang lemah iman justru ketika ia menghadapi masalah. Padahal masalah justru bisa menjadi batu uji kesejatian iman.


Setelah menunjukkan kasih kepada Allah melalui reformasi yang dilakukan, Hizkia menghadapi ujian iman. Batu ujinya adalah Sanherib, raja Asyur (2). Mengetahui bahwa Asyur akan menyerbu Yerusalem, Hizkia dan para panglima perangnya mengatur strategi (3): menutup mata air dan sungai agar pasukan musuh tidak mendapat pasokan air (3-4); membangun tembok dan menara (5); memproduksi senjata dalam jumlah besar (5); dan mengangkat panglima-panglima untuk memimpin rakyat berperang (6). Lalu Hizkia menyampaikan pidato yang menguatkan rakyatnya agar mereka yakin bahwa Allah ada di pihak mereka (7-8). Nyata kemudian bahwa pidato Hizkia tepat diucapkan saat itu karena kemudian Sanherib melakukan perang urat syaraf untuk menjatuhkan semangat rakyat Yehuda (9-19).


Bagaimana Hizkia menanggapi hal itu? Hizkia dan Yesaya sadar benar bahwa kekuatan bangsa Yehuda hanya ada pada Allah (20). Meski musuh punya bala tentara dan senjata tak terbilang, mereka percaya bahwa kuasa Allah melebihi semua itu. Lagi pula Sanherib telah melakukan kesalahan fatal. Ia menyamakan Allah Yehuda dengan allah bangsa-bangsa lain yang tak mampu menyelamatkan umat yang menyembah dia (13-14, 19). Atau dengan kata lain, Sanherib menyatakan bahwa kuasa Allah Yehuda ada di bawah dia. Akibatnya, ia harus berhadapan dengan bala tentara surga, utusan Allah. Dan mempertegas kefanaan allahnya, Sanherib dibunuh oleh anak-anaknya sendiri di rumah allahnya.


Betapa memalukan hidup orang yang menghina Allah Yehuda, betapa tragis hidup orang yang tidak percaya pada kuasa-Nya. Walau tidak separah Sanherib, adakah ketidakpercayaan terhadap kuasa Allah terselip di hati kita? Atau kita seperti Hizkia dan Yesaya, yang memercayakan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan terbukti, Allah bertindak!

Scripture Union Indonesia © 2017.