Sudah jadi saksi?

Yehezkiel 47:1-12

Sejak masa Yosua, Hakim-hakim, hingga masa pembuangan, batas-batas
wilayah Kerajaan Israel tidak pernah tetap. Peperangan demi
peperangan menyebabkan batas-batas itu selalu berubah. Terkadang
wilayah Israel bertambah luas, terkadang ada wilayah yang diambil
oleh negara lain.


Dalam perikop ini, TUHAN kembali menjanjikan bahwa Israel akan
kembali menempati tanah yang TUHAN janjikan. Batas-batas wilayah
yang dipaparkan di ayat 15-20 serupa dengan batas-batas yang
TUHAN janjikan dalam Bil. 34. Daerah Israel di seberang sungai
Yordan yang sebelum pembuangan ditempati Ruben, Gad, dan separuh
Manasye tidak dicantumkan di sini karena memang TUHAN tidak
menjanjikan bagian itu jadi milik mereka sejak semula.


Semua ini TUHAN lakukan sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang
setia dan penuh belas kasihan. Ia akan menggenapi apa yang telah
Dia janjikan. Ia juga mengangkat Israel kembali dari kenistaannya
(bnd. Yeh. 39:21-29). Maka Israel tidak punya hak untuk bermegah
atas pemulihan mereka. Semua ini terjadi bukan karena kekuatan
Israel, tetapi diberikan oleh TUHAN agar nama-Nya dimuliakan di
hadapan bangsa-bangsa melalui Israel. Israel akan memenuhi
rencana yang sejak semula TUHAN miliki atas mereka (Kej. 12:3).


Bersamaan dengan janji itu, TUHAN mengikutsertakan orang-orang
nonIsrael yang telah menetap di Israel. Pada masa Yehezkiel,
pemahaman kehidupan beragama terkait erat dengan pemilihan tempat
tinggal. Ketika satu keluarga memindahkan kehidupan mereka ke
tengah Israel, itu adalah tanda bahwa mereka ingin menjadi bagian
umat TUHAN (bnd. Rut 1:1; 2Raj. 5:17a). Memang siapa saja boleh
datang kepada TUHAN dan Dia ingin umat-Nya membuka diri kepada
setiap orang, apa pun latar belakangnya.


Dalam masyarakat multikultural kini, adakah kita telah jadi saksi
atas kesetiaan dan belas kasihan TUHAN? Sudahkah kita membuka
diri untuk setiap orang sehingga mereka dapat datang kepada TUHAN
melalui kesaksian hidup kita?

Scripture Union Indonesia © 2017.