Melayani dan mengenal

1Tawarikh 28:1-21

Bagaimanapun suksesnya kepemimpinan seseorang, ia tidak bisa memegang
tampuk kepemimpinan selamanya. Akan ada waktu bagi dia untuk
menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada generasi berikut.


Sebagai pemimpin, Daud tahu ini. Maka sebelum mengakhiri masa tugas,
ia menyampaikan pesan terakhir. Masih ada tugas suci yang harus
diserahterimakan kepada anaknya sebagai pewaris takhta (ayat
9-10), dan juga kepada seluruh pembesar bangsa (ayat 1-8). Daud
mengimbau para pembesar bangsa untuk mendukung Salomo dalam
melaksanakan pekerjaan mulia itu. Untuk mempersiapkan Salomo,
Daud memberikan rancangan arsitektur Bait Allah (ayat 11-12).
Daud juga memberitahu siapa saja yang bisa dilibatkan untuk
membantu (ayat 21).


Kita melihat betapa penting pembangunan Bait Allah bagi Daud. Bila
Salomo sebagai penerus tidak melanjutkan apa yang telah dia
mulai, sia-sialah semua persiapan yang telah dilakukan. Karena
itu Daud menekankan satu hal penting bagi keberhasilan mereka,
yaitu bahwa mereka harus setia dan taat pada Allah (ayat 7-9).
Bila taat dan setia maka Israel akan dipelihara Allah. Artinya,
percuma saja Salomo dan para pembesar Israel bersusah payah
melakukan hal besar bagi Tuhan bila tidak menjalin kedekatan
dengan Dia.


Petuah Daud perlu kita renungkan. Kita jangan menganggap bahwa
frekuensi kedatangan ke gereja cukup untuk menjadi barometer
iman, atau kesibukan pelayanan cukup untuk menandakan kasih kita
kepada Tuhan. Padahal bukan demikian. Yang Tuhan inginkan adalah
kasih setia dan pengenalan akan Tuhan (band. Hos. 6:6).
Menyediakan waktu untuk melayani Tuhan berarti harus sediakan
waktu pula untuk mengenal Dia yang kita layani. Belum tentu apa
yang kita anggap sebagai keberhasilan dalam pelayanan, Tuhan
anggap demikian juga bila kita tidak memprioritaskan kesetiaan
kepada Tuhan. Sebab itu mari periksa diri kita, apakah kesibukan
pelayanan membuat kita makin bergantung pada Tuhan atau justru
membuat kita tidak punya waktu untuk Tuhan?

Scripture Union Indonesia © 2017.