Diciptakan setara

Kejadian 2:18-25

Bila dalam kisah penciptaan pertama secara konseptual sudah
dijelaskan bahwa pria dan wanita diciptakan setara sebagai
gambar Allah (Kej. 1:27), maka di bagian ini, proses penciptaan
wanita ditunjukkan untuk memperlihat-kan kesetaraan itu.


Pertama, wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan (ayat
18). Mengapa? Karena tugas manusia untuk mengelola taman Eden
bukan untuk dikerjakan sendirian. Semua binatang yang diciptakan
Allah sebelum manusia pertama dijadikan, tidak dapat
disepadankan dengan dirinya (ayat 20). Maka wanita diciptakan
sebagai "penolong yang sepadan" untuk mendampingi manusia itu
dalam menunaikan tugas mulia tersebut. Penolong sering
dimengerti sebagai sekadar asisten yang berstatus lebih rendah
daripada yang ditolong. Padahal kata yang sama digunakan juga
untuk menyatakan bahwa Allah adalah penolong Israel (Ul. 33:26).
Oleh karena itu, penolong di sini justru memiliki fungsi
komplementer artinya saling melengkapi. Wanita diciptakan untuk
melengkapi pria, sehingga keduanya dapat mewujudkan karya
pemeliharaan Allah bagi dunia ini.


Kedua, wanita diciptakan dari rusuk pria. Itu sebabnya manusia itu
bisa menyatakan tentang pasangannya, "Inilah dia, tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku ..." (ayat 23). Ada tekanan
tengan kesatuan esensi pria dan wanita. Kesatuan esensi inilah
yang mendorong adanya persatuan suami istri yang melebihi
sekadar persatuan tubuh (seks), melainkan juga dalam setiap
aspek kehidupan mereka.


Kesetaraan inilah yang harus mendasari pernikahan Kristen. Pria dan
wanita yang sama derajat di hadapan Allah memberi diri
dipersatukan agar dapat dipakai Allah untuk menjadi alat
anugerah-Nya bagi dunia ini. Persatuan ini harus dipelihara
dengan tetap saling memberi diri sebagai wujud saling
melengkapi, serta menjaga keterbukaan satu sama lainnya (ay. 25,
"keduanya telanjang, ... tetapi mereka tidak merasa malu").

Scripture Union Indonesia © 2017.