Menghormati kekudusan Tuhan

Bilangan 7:1-11

Sebagai respons terhadap berkat Allah yang disampaikan melalui
perantaraan imam (6:22-27), umat Israel melalui pemimpin mereka
memberikan persembahan mereka kepada Allah (2-3). Ini dilakukan
sesudah Musa mengurapi dan menguduskan Kemah Suci beserta seluruh
perabotannya, juga mezbah dengan segala perkakasnya (1).


Mengikuti perintah Tuhan, Musa mengambil persembahan umat Israel dan
memberikannya kepada tiga keluarga imam sesuai kebutuhan dan
tanggung jawab mereka (4-9). Dua kereta dengan empat ekor lembu
untuk bani Gerson, empat kereta dengan delapan ekor lembu untuk
Merari (6-8). Bani Kehat tak mendapat bagian sebab tugas mereka
adalah mengangkat barang-barang kudus dengan bahunya (9).


Terlihat bagaimana pelayanan kepada Allah diorganisir begitu rupa
sehingga tiap pelayan Tuhan memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Dengan demikian ada spesialisasi dalam menangani
suatu pekerjaan. Ini dapat meminimalisir kemungkinan
terabaikannya suatu pekerjaan. Hal yang tak kalah penting adalah
pengutamaan kekudusan Allah yang dimulai sejak pengurapan,
pengudusan, sampai pentahbisan Kemah Suci dengan segala
perabotannya, serta mezbah dengan segala perkakasnya. Pengutamaan
kekudusan Tuhan juga tampak dalam larangan bertindak sembarangan
terhadap barang-barang kudus: bani Kehat harus mengangkat benda
kudus dengan bahu mereka.


Firman Tuhan kepada Musa ini menjadi pelajaran penting bagi kita yang
terlibat dalam tugas melayani Tuhan. Kemajuan ilmu manajemen
memungkinkan kita menerapkan cara mengorganisir suatu pekerjaan.
Seminar pengembangan potensi diri juga bisa diterapkan untuk
melayani seefisien dan seefektif mungkin. Tetapi ada hal penting
yang harus kita perhatikan, yaitu pengutamaan kekudusan Tuhan.
Maka perlu bagi kita meninjau ulang setiap pola, strategi dan
juga program pelayanan, kiranya semua itu memperlihatkan
penghormatan kita pada kekudusan Tuhan.

Scripture Union Indonesia © 2017.