Kasih tanpa kompromi.

Ulangan 7:1-11
Minggu Paskah 3

Kata-kata yang terdapat pada bagian ini bernada keras, dan
tegas. Nada seperti ini tidaklah mudah untuk kita pahami.
Ingatlah bahwa baru saja Tuhan berkata: "Jangan membunuh" (Ul.
5:17), namun kini Israel diperintahkan untuk tidak bergaul,
menumpas tujuh bangsa yang mendiami tanah perjanjian serta
membumihanguskan agama dan kebudayaan mereka (ayat 1-5).
Bagaimana kita memahami hal ini?


Perintah ini tidak dimaksudkan untuk mengajarkan Israel agar
membenci bangsa-bangsa dan budaya lain. Tetapi, untuk
mengajarkan kepada Israel betapa Tuhan mengasihi mereka dan
setia pada perjanjian-Nya. Perjanjian antara TUHAN dan umat-Nya
adalah perjanjian yang diikat dalam ikatan cinta (ayat 6-8).
Semuanya ini diperintahkan bukan untuk mengajarkan bahwa Israel
adalah ras yang unggul dan diperbolehkan berbuat sekehendak hati
mereka. Alasan dari semuanya ini adalah karena bangsa-bangsa
asing itu membenci Tuhan dan akan menyeret Israel masuk ke dalam
ketidaksetiaan kepada Tuhan (ayat 4,10). Hal ini berarti bahwa
segala pengaruh yang mengotori komunitas orang beriman haruslah
secara total dihancurkan, sebab mereka adalah umat kudus Allah
(ayat 6). Untuk memelihara kemurnian, segala bahan pengotor
harus disingkirkan tanpa kompromi.


Sebagai orang beriman, kita tidak diajarkan untuk hidup secara
rasialis karena Injil ditujukan untuk semua bangsa (bdk. Mat.
28:19; Gal. 3:28; Ef. 2:11-16). Kita tidak diajarkan untuk
membenci mereka yang berbeda iman. Kristen adalah pewaris iman
Abraham, dan gereja yang berada dalam konteks majemuk harus
selalu bersikap ramah dan lemah lembut terhadap semua orang
(lih. Gal. 3:6-9; Tit. 3:1-2). Dengan cara ini kesalahan dan
kejahatan kita taklukkan.


Renungkan:
Tuhan sedemikian mengasihi gereja dan umat-Nya. Ia menginginkan
kemurnian di dalamnya karena itu Tuhan tidak mengizinkan gereja
dikotori oleh motivasi yang cemar.

Scripture Union Indonesia © 2017.