Kejujuran dan Kaisar.

Markus 12:13-17
Minggu Sengsara 5

Tahun 6 Masehi adalah tahun kelam bagi penduduk Palestina.
Tributum capitis, pajak per kepala penduduk yang opresif, mulai
diberlakukan pada tahun tersebut. Dari sisi ini, wajar bila
pertanyaan seperti pada ayat 14 ditanyakan kepada seorang guru
seperti Yesus (+ 30 M). Tetapi Yesus mendeteksi sesuatu yang
lain, sebuah pertanyaan jebakan yang munafik. Jika Yesus
menjawab "ya, umat harus membayar pajak," maka Ia dapat dicaci
sebagai kolaborator penjajah. Jika Ia menjawab "tidak," biro
intelijen Kekaisaran Roma pasti tertarik dengan informasi ini.
Yesus, yang digombali para calon penjebak dengan sebutan "orang
jujur", menjawab dengan jujur pula: definisikan sendiri apa hak
Allah dan apa hak Kaisar, dan berikan hak masing-masing (ayat
17).


Jawaban Yesus pada ayat 17 bukanlah sekadar tangkisan verbal
terhadap pertanyaan para penjebak. Tiap orang dari berbagai
latar belakang bisa memunculkan daftar yang berbeda mengenai apa
yang wajib diberikan kepada Allah dan kepada Kaisar. Sebagai
pengajar Yahudi yang berpegang kepada PL, Yesus berpegang pada
prinsip bahwa Allah selalu mengatasi siapa pun termasuk Sri
Paduka Kaisar. Kesetiaan kepada pemahaman ini menentukan apa
saja yang menjadi hak Kaisar. Ia tidak menjawab pertanyaan para
calon penjebak-Nya secara langsung dan sesimpel "boleh/tidak."
Jawaban-Nya mengedepankan prinsip di atas, dengan pertanyaan
ikutan yang implisit: apakah pajak menyebabkan Anda tidak
memberikan sesuatu yang menjadi hak Allah (mis. penghormatan,
integritas dan kekudusan diri, ketaatan)? Pajak, ketaatan kepada
pemerintah/ otoritas lain, dll. Kristen penuhi selama itu tidak
menghalangi pengabdiannya kepada Allah dan menjadi bagian dari
pengabdian kepada Allah yang mengasihinya.


Renungkan:
Hanya Allah yang layak menerima pengabdian tertinggi kita karena
Ia telah memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.