Konsekuensi kekal.

Yehezkiel 18:21-32
Minggu ke-13 sesudah Pentakosta

Perkembangan pemikiran argumen Yehezkiel dari ayat sebelumnya
kini menuju kepada saran bahwa pribadi tidak perlu hidup di bawah
bayang-bayang dosa para pendahulunya. Jika ia dapat berbalik dari
dosa bapaknya, dia dapat pula berbalik dari dosa pribadinya (ayat
21-22). Bagaimana pun logika yang disampaikan oleh Yehezkiel ini
bukanlah logika semu. Alasan dibalik semua pernyataannya adalah
Allah menginginkan manusia untuk bertobat.


Hukum pertanggungjawaban pribadi yang telah Yehezkiel uraikan ini
sangat jelas, sehingga setiap manusia dapat memiliki pilihan untuk
hidup berkenan kepada Allah atau tidak. Dan manusia meninggalkan
setiap jejak yang tidak hanya berimplikasi temporal, namun
berkonsekuensi kekal karena Allah akan menghakimi setiap orang
menurut jalannya (ayat 30).


Kombinasi dari fakta dan pengetahuan tentang Allah yang tidak
menghendaki kematian seseorang (ayat 32) telah memimpin Yehezkiel
kepada seruan terhadap manusia di dalam nama Allah agar yang
tersesat segera bertobat dan kembali kepada jalan-Nya. Di mana ada
pembaruan hati dan roh, di situ ada keselamatan (ayat 31). Sebagai
pribadi kita dapat diarahkan hingga bertobat.


Renungkan:
Setiap hari kita diperhadapkan dengan kebebasan memilih menu
makanan, demikian pula Allah memberi kita kebebasan untuk memilih
jalan hidup kita. Dengan kehendak bebas (free will) di dalam diri
kita, kita dapat berbuat apa saja namun dengan catatan bahwa semua
pilihan kita akan meninggalkan jejak kekal. Ada konsekuensi kekal
di dalam setiap pikiran, perasaan, angan-angan, dan perbuatan yang
kita lakukan. Wahai Kristen yang berbuat kebajikan, siapkan
sukacitamu menerima pahala dan bagi yang berbuat jahat, siapkan
pula dukacitamu menerima hukuman


Bacaan untuk Minggu ke-13 sesudah Pentakosta


Amsal 9:1-6


Efesus5:15-20


Yohanes6:51-59


Mazmur 34:9-14


Lagu: Kidung Jemaat 416

Scripture Union Indonesia © 2017.