Pelayanan Kristen dan resep manjur bagi seorang pelayan.

Lukas 17:1-19
Minggu Sengsara 5

Para Rasul agak takut dan bimbang ketika menghadapi tugas
pelayanan yang akan diserahkan kepada mereka. Tugas mereka tidak
ringan. Di dalam pelayanan mereka akan menghadapi penyesat-
penyesat. Konflik yang akan mereka hadapi dalam kehidupan
jemaat juga tak kalah rumitnya. Ada kemungkinan mereka akan
mengalami sakit hati atau bahkan mengalami penderitaan fisik.
Sikap yang harus ditunjukkan oleh para Rasul adalah mengampuni
dengan tidak terbatas. Cara pengampunan yang diperintahkan oleh
Yesus sangat berbeda dengan tradisi orang Yahudi (Mat. 5:38-44).
Oleh karena itu, mereka memohon agar imannya ditambahkan. Dan
jawaban yang diberikan oleh Yesus sangat melegakan yaitu bahwa
iman yang hanya sekecil biji sesawi pun sebetulnya mempunyai
kuasa yang sangat besar.


Kuasa iman yang besar bisa menimbulkan sombong rohani. Karena
itulah Kristus pun kemudian memberikan pengajaran yang lebih
lanjut tentang sikap mereka terhadap Allah, yaitu mengenai
kerendahan hati (ayat 7-10). Sikap ini harus dimanifestasikan melalui
tindakan yang tidak mengharapkan pujian atau terima kasih,
karena mereka sebetulnya hanyalah hamba-hamba Allah. Apa yang
harus mereka lakukan adalah kewajiban mereka. Sikap
kerendahhatian ini juga harus dimanifestasikan melalui perbuatan
dan tindakan yang memuliakan Allah seperti yang didemonstrasikan
oleh satu dari 10 orang kusta (ayat 11-19). Setelah melihat bahwa
dirinya sembuh, ia kembali kepada Kristus bukan sekadar
mengucapkan terimakasih, namun untuk memuliakan Allah.


Bila uraian di atas kita rangkumkan maka akan tergambar bahwa
pelayanan Kristen bukanlah pelayanan yang mudah karena akan
menemui tantangan dan serangan terhadap ajaran maupun dirinya
secara pribadi. Namun demikian ia tidak boleh begitu saja
meninggalkan pelayanannya, karena kedudukannya hanyalah seorang
hamba. Apa yang ia kerjakan merupakan suatu kewajiban yang tidak
bisa dibantah. Ia tidak bisa menentukan apa, kapan, dan
bagaimana ia akan melakukan pelayanan. Semuanya harus berpusat
kepada-Nya.


Renungkan: Seorang pelayan juga tidak boleh melakukan segala
sesuatu bagi kepopuleran dan keuntungan dirinya. Semuanya
semata-mata bagi kemuliaan-Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.