Apa yang Paling Penting?

Lukas 14:15-24
Minggu ke-17 sesudah Pentakosta
Pernahkah kita berhadapan dengan situasi yang memaksa kita harus berpikir keras tentang apa yang paling penting dalam hidup ini? Ataukah kita memiliki waktu yang dengan sengaja diluangkan untuk berpikir sejenak mengenai apa yang paling berharga bagi kita?

Salah seorang tamu dalam perjamuan makan telah menyimak ajaran Yesus. Kemudian ia merespons, ”Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah” (15).

Yesus pun memberikan perumpamaan bahwa betapa sulitnya orang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebuah jamuan besar sudah disiapkan dan undangan banyak diberikan pada siapa pun (16). Respons para undangan terhadap jamuan besar itu beraneka ragam. Ada yang sibuk dengan pekerjaan dan usahanya (18-19). Ada yang sibuk dengan kenikmatan relasi duniawi (20). Tak sedikit juga yang disibukkan dengan kesusahan hidup (21-22). Undangan sukarela telah diberikan, namun diabaikan. Undangan dengan paksaan untuk datang dalam kebahagiaan telah dikumandangkan namun tetap tak dihiraukan.

Perumpamaan ini hendak mengajarkan sesuatu yang penting. Tuhan mengingatkan bahwa hal terpenting dalam hidup adalah relasi dengan-Nya, sekarang, dan dalam kekekalan. Jangan sampai kesibukan pekerjaan atau bisnis menghalangi relasi kita dengan-Nya. Kesibukan dalam rumah tangga bukan berarti menyita waktu kita untuk datang kepada-Nya. Bahkan, kesusahan hidup jangan menjadi alasan untuk kita menyalahkan diri atau menyalahkan Tuhan. Tak ada ruang bagi kita untuk melupakan Tuhan karena kita tercipta untuk berelasi kekal dengan-Nya.

Apa yang telah menyita perhatian kita dari berelasi dengan-Nya selama ini? Undangan untuk masuk dalam persekutuan indah telah Tuhan berikan kepada kita. Apakah kita mendengar suara-Nya? Jangan sampai Tuhan memanggil kita lewat kegagalan, kegelapan, dan penyesalan diri agar bisa lebih dekat kepada-Nya.

Doa: Tuhan, pandulah kami agar kami dapat tetap berelasi dengan-Mu. [SY]
Sylvia Tiono
Scripture Union Indonesia © 2017.