Natur Kekudusan: Relasional

Imamat 21:1-24
Minggu ke-6 sesudah Pentakosta
Krisis kekudusan dalam kekristenan tampaknya sudah mencapai titik nadir. Krisis ini nyata ketika kita mengamati perilaku orang Kristen yang sama parah dengan yang non-Kristen. Perkawinan Kristen tidak lebih baik. Kekerasan rumah tangga Kristen tidak lebih sedikit. Adanya realitas tersebut menuntut kita untuk lebih serius menghayati kekudusan.

Pasal ini berfokus pada kekudusan imam. Imamat 21 dan 22 merupakan penutup rangkaian instruksi Allah seputar kekudusan hidup (Im.17-22). Natur kekudusan adalah relasional, bukan teori abstrak. Tingginya standar kekudusan imam sebagai pemimpin rohani (6, 8) didemonstrasikan melalui relasi keluarga dan perkawinannya. Memelihara kekudusan adalah hal yang terutama, mulai dari: pertama, tidak mengotori diri dengan kematian, dengan perbedaan standar bagi imam (1-4) dan imam kepala (10-12); kedua, tidak berkabung berlebihan (5); ketiga, tidak mengambil istri yang cemar (7, 13-15); keempat, mendidik anak perempuan dengan benar. Bahkan karena peran imam memediasi umat dengan Allah yang kudus, maka kecacatan fisik imam membuat mereka tidak layak melayani Allah (17-23). Seluruh standar kekudusan ini perlu disikapi dengan akurat.

Allah mengatur standar kekudusan sangat tinggi karena itulah jati diri-Nya. Pelanggaran berarti mencoreng diri-Nya. Di samping itu, imam dikatakan kudus bagi Allahnya. Artinya imam adalah milik Allah. Jika imam adalah milik Allah dan Allah adalah kudus, maka kekudusan imam memang tidak bisa dinegosiasi.

Sebagai imamat yang rajani (1Ptr. 2:9-10), kita perlu memelihara kekudusan hidup sehari-hari. Kita adalah milik Allah, kita perlu menghayati hidup kudus dengan akurat. Memelihara kekudusan dalam relasi suami istri, berpacaran, keluarga, dan bahkan relasi dalam keluarga Allah menjadi prioritas utama yang harus kita perbaiki dan transformasi. Sebab tanpa kekudusan dalam aspek ini, umat Kristen tidak mungkin menggarami sesama.

Doa: Tuhan, tolong kami menjaga kekudusan dalam segala aspek hidup relasi dengan sesama. [BL]
Pdt. Budianto Lim
Scripture Union Indonesia © 2017.