Perjamuan Kudus

1 Korintus 11:17-34
Minggu Paskah
Sakramen adalah upacara keagamaan yang menyimbolkan kehadiran dan rahmat Tuhan yang tak tampak. Salah satu sakramen dalam agama Kristen adalah Perjamuan Kudus yang dilakukan secara berkala. Kita akan makan roti dan minum anggur sebagai lambang tubuh dan darah Kristus yang dikurbankan.

Perjamuan Kudus juga dilakukan jemaat Korintus pada zaman Paulus. Namun sayangnya, Perjamuan Kudus yang mereka adakan dilakukan dengan cara dan sikap yang salah. Mereka tidak memaknai Perjamuan Kudus sebagai sarana untuk mengingat kasih dan pengorbanan Kristus. Sebaliknya, momen ini menjadi kesempatan untuk makan dan minum anggur sepuasnya. Mereka justru melampiaskan hasrat kedagingan dalam sebuah upacara sakramen yang kudus. Paulus menegur praktik seperti itu. Pasalnya, persekutuan model seperti itu tidak membangun (21-22).

Paulus kembali mengingatkan mereka akan cara dan esensi dari Perjamuan Kudus (23-29). Ia tidak ingin jemaat menjadikan Perjamuan Kudus sebagai ritual keagamaan belaka tanpa pemahaman makna. Paulus meminta mereka untuk mengintrospeksi diri. Jemaat dituntut sungguh menyadari arti tubuh Kristus yang terpecah dan darah-Nya yang tercurah.

Perjamuan Kudus masih dilakukan secara berkala dalam gereja sampai hari ini. Kita pun pasti sudah sering mengikutinya. Pertanyaan pentingnya, selama mengikuti perjamuan, apakah kita sudah sungguh-sungguh mengerti makna pengorbanan Kristus? Kalau tidak, maka Perjamuan Kudus hanya menjadi sebuah ritual keagamaan belaka. Sakramen ini telah kehilangan maknanya.

Melalui firman Tuhan ini, mari kita kembali mengevaluasi diri dalam mengikuti Perjamuan Kudus. Kiranya, setiap momen Perjamuan Kudus selalu mengingatkan kita akan karya keselamatan Yesus. Momen itu bisa menebalkan komitmen kita untuk memberitakan kabar sukacita ke seluruh dunia.

Doa: Sadarkan kami akan arti pengorbanan-Mu ya Tuhan setiap kali kami mengikuti Perjamuan Kudus. [STG]
Sylvia Tiono
Scripture Union Indonesia © 2017.