Mengenal Yesus Lebih Dalam

Lukas 4:14-30
Tahun Baru
Setelah masa persiapan di padang gurun, Yesus kembali ke kampung halaman-Nya, Nazaret. Berita tentang pelayanan-Nya sudah terdengar ke seantero penjuru di Galilea (14, 15). Dia pun ke rumah ibadat dan mengajar di sana. Pada momen itu Yesus menegaskan identitas-Nya sebagai Mesias. Predikat ini sesuai dengan nubuat Nabi Yesaya ratusan tahun sebelumnya (17-19, 21).
Sebenarnya, para pendengarnya menyadari kuasa Yesus dalam setiap perkataan dan pengajaran-Nya. Namun, mereka meragukan kemesiasan-Nya. Alasannya, mereka mengetahui bahwa Yesus adalah anak Yusuf. Itulah sebabnya mereka menuntut Yesus melakukan perbuatan hebat agar keraguan itu sirna (22-23).
Bukannya memenuhi harapan mereka, Yesus malah mengeluarkan teguran. Bagi Yesus, mereka sama seperti orang Israel pada zaman Elia dan Elisa yang penuh keraguan. Yesus membandingkan keraguan mereka dengan janda Sarfat dan Naaman, orang-orang kafir yang beriman kepada Allah (25-27).
Akibatnya, mereka pun marah karena teguran itu dan hendak membunuh-Nya (28-30). Benarlah kata Yesus, ”...sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya” (24). Dalam catatan Alkitab, inilah kali terakhir Yesus pulang ke kampung halaman-Nya.
Orang-orang sekampung-Nya enggan mengakui Yesus sebagai Mesias. Pasalnya, pengenalan mereka terhadap Yesus sangat dangkal, yaitu hanya sebagai anak Yusuf. Meskipun mereka menyadari kuasa Yesus, tetapi mereka mengabaikannya. Bahkan, mereka ingin mendikte Yesus agar melakukan seperti apa yang mereka mau.
Terkadang kita juga berlaku demikian, bukan? Kita menjadikan Yesus sesuai kehendak dan imajinasi kita. Kita mau mengenal-Nya hanya sebatas keinginan. Kita bertindak seolah-olah lebih besar daripada Dia. Jika saat ini kita bersikap demikian, mari bertobat! Mari kita merendahkan diri di hadapan Sang Mesias.
Doa: Tuhan, kami ingin mengenal Engkau sebagaimana adanya diri-Mu. [JH]
Juppa Haloho
Scripture Union Indonesia © 2017.