Tetaplah Setia

Maleakhi 2:10-16
Minggu ke-25 sesudah Pentakosta
Kita sering menggunakan 2Timotius 2:13 untuk membenarkan ketidaksetiaan. Padahal, kesetiaan sangat bernilai di hadapan Allah. Sebaliknya, pengkhianatan merupakan perbuatan yang dibenci-Nya.
Melalui Maleakhi, Allah menegur keras ketidaksetiaan Israel. Mereka telah berkhianat satu sama lain. Akibatnya, itu menajiskan perjanjian antara Allah dan nenek moyang Israel. Mereka mengambil perempuan dari bangsa lain untuk dijadikan istri (11). Artinya, mereka sudah berlaku tidak setia terhadap istri yang sah di hadapan Tuhan (14). Imbasnya, mazbah Allah yang kudus dicemarkan dengan perkawinan yang tidak kudus. Mereka menangis sebab Allah menolak kurban persembahan dari mereka. Allah menolak perkawinan ini bukan karena perbedaan kebangsaan. Akan tetapi, perkawinan ini berpotensi membawa Israel kembali kepada penyembahan berhala.
Banyak bangsa di sekitar Israel hidup dalam penyembahan berhala. Allah tidak ingin Israel yang telah dimurnikan kembali terjebak dalam penyembahan berhala. Allah tidak mau Israel meniru nenek moyang mereka. Sekalipun mereka tetap beribadah, perkawinan campur ini akan mencemari ibadah di Rumah Tuhan. Alasannya, penyembahan mereka akan terkontaminasi dengan cara-cara peribadatan bangsa asing. Allah juga sangat membenci perceraian dan ketidaksetiaan. Bahkan, itu dianggap-Nya sebagai tindak kekerasan (16).
Sebagai gambar dan rupa Allah, kita mewarisi sifat kesetiaan Allah. Namun, dosa telah merusak semuanya itu sehingga kita menjadi orang-orang yang sering berkhianat. Allah ingin kita kembali menjadi pribadi yang setia, yaitu kepada Allah dan pasangan. Kesetiaan kepada Allah terjaga ketika pasangan hidup kita adalah orang yang sungguh mengasihi-Nya. Sementara itu, kesetiaan kepada pasangan akan terjaga ketika kita memegang teguh komitmen yang telah diucapkan di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya.
Doa: Tuhan jadikanlah aku hamba yang setia kepada-Mu dan kepada pasangan hidupku. [IVT]
Irvin Tolanda
Scripture Union Indonesia © 2017.