Perhentian.

Ibrani 4:1-13
Minggu ke-20 sesudah Pantekosta

Di satu pihak kita mungkin merasa ngeri terhadap
"perhentian" (misalnya, PHK); namun di pihak lain
perhentian itu kita rindukan (misalnya bebas dari keharusan
bekerja terus-menerus). Melalui penciptaan Allah
menetapkan dan memberkati baik pekerjaan maupun perhentian,
khususnya hari perhentian atau hari ketujuh, yang dianggap
oleh para rabi sebagai perhentian kekal, karena dalam Kej.
2:1-3 tidak disebut lagi adanya petang dan pagi. Penulis
surat kepada orang Ibrani menganjurkan, perhentian yang
benar-benar perlu dan patut dirindukan ialah perhentian
kekal dalam arti keselamatan.


Berusaha untuk masuk.
Bagaimana cara "berusaha masuk ke dalam perhentian" (ayat
11)? Tak lain tak bukan "percaya dan taat" (ayat 3:18-19,
4:3,6,11). Para pembaca surat berada dalam keadaan
berbahaya, bahkan ada yang sudah hampir "tidak percaya" dan
"tidak taat" seperti bangsa Israel dahulu. Daripada
menghadapi penderitaan sebagai Kristen mereka cenderung
kembali pada kebiasaan-kebiasaan agama Yahudi, khususnya
memperoleh keselamatan melalui ritus-ritus agama. Padahal
sikap ikut-ikutan dalam pelaksanaan acara agama tanpa iman,
tidak mungkin membenarkan kita. Segala sesuatu telanjang
dan terbuka di depan mata-Nya. Kepada-Nyalah kita harus
mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita (ayat 13).

Scripture Union Indonesia © 2017.