Taatilah Tuhanmu

1 Petrus 1:1-2
Minggu ke-1 sesudah Paskah
Dalam budaya Jawa dikenal kata ”ruwatan”, yaitu sebuah tradisi yang dilakukan sebagai sarana pembebasan dan penyucian manusia atas dosa atau kesalahannya yang berdampak kesialan atau penyakit dalam diri seseorang. Tradisi ini bisa dikenakan terhadap manusia dan juga kepada benda. Meskipun kita berada pada zaman pascamodern, tradisi ini masih dipraktikkan oleh masyarakat di berbagai daerah.
Surat Petrus disebut sebagai surat am, artinya surat terbuka yang ditujukan kepada jemaat di Asia kecil, yang sedang mencari jati diri di tengah kehidupan baru. Penulis mengingatkan bahwa mereka kini sudah disebut sebagai jemaat yang kudus. Arti kudus tidak dimaksudkan sebagai orang yang tidak bercela dan tidak berdosa. Kata ”kudus” di sini berarti bahwa segala pelanggaran dan dosa yang telah diperbuat telah diampuni dalam Tuhan Yesus. Karena itu percikan darah-Nya adalah tanda pengampunan, penahiran atas segala dosa yang dilakukan manusia. Jemaat juga diingatkan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan Allah untuk mendapatkan anugerah pembebasan. Sebagai orang-orang yang telah dikuduskan, hendaknya mereka hidup demi Kristus dengan cara hidup dalam ketaatan.
Seorang murid yang berhasil adalah murid yang taat kepada gurunya. Olahragawan yang berhasil adalah seorang yang bersedia taat kepada instrukturnya. Ketaatan yang dilakukan orang kristen bukan dengan pamrih tertentu, tetapi lebih sebagai ucapan syukur dan penyerahan diri kepada Yesus yang telah membebaskan kita dari belenggu dosa.
Hidup taat kepada Yesus merupakan hal yang harus diperjuangkan. Sebab pada umumnya manusia lebih tunduk kepada keinginannya sendiri, atau pun taat kepada penguasa yang terkadang berbeda dari Kristus. Taat kepada Yesus membutuhkan perjuangan dengan segenap hati, jiwa, akal dan budi kita serta dukungan semua pihak.
Marilah kita taat kepada Yesus sebagai ucapan syukur atas kebaikan dan pengorbanan-Nya bagi kita.
Apy H. Hartiningsih
Scripture Union Indonesia © 2017.