Berakar Kuat Dalam Kebenaran Allah

Mazmur 15
Minggu ke-1 sesudah Paskah
Pemazmur bertanya kepada Tuhan: Siapakah yang boleh menumpang di kemah-Mu? Siapakah yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Beberapa pertanyaan ini disampaikan pemazmur karena ia melihat betapa tercela dan bobroknya kehidupan umat Allah. Mereka melakukan perbuatan yang tidak adil, pembohong, menyebar fitnah, melakukan perbuatan keji terhadap teman, menimpakan celaka kepada tetangga, meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi, dan menindas orang lemah.
Kehidupan umat Allah tidak lagi mencerminkan perilaku yang penuh kebenaran Tuhan. Yang ditonjolkan oleh mereka adalah kehidupan yang penuh kehancuran. Karena itu pemazmur bertanya kepada Tuhan, ”Siapakah yang boleh menumpang dikemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?” Di sini pemazmur ingin menyadarkan umat Allah bahwa sudah saatnya mereka meminta pengampunan Allah, bertobat, dan mengubah perilaku serta perbuatan mereka.
Pemazmur memberikan penekanan bahwa umat Allah harus mampu hidup dalam kebenaran-Nya. Mereka harus menjalani kehidupan yang baru dalam terang firman-Nya dan bukan dalam kehidupan lama yang penuh dosa. Karena itu yang boleh menumpang di kemah Tuhan dan yang boleh diam di gunung Tuhan adalah orang-orang yang berkenan kepada Allah.
Orang yang berkenan kepada Allah memiliki ciri khusus tertentu, yaitu hidupnya tidak bercela, adil, mengatakan kebenaran, tidak menyebarkan fitnah, tidak berbuat jahat terhadap sesama, hidup selaras dengan ajaran dan perintah Allah, dan menjaga kekudusan hidup. Orang-orang yang berlaku demikian dikatakan oleh pemazmur tidak akan goyah selama-lamanya (5).
Pertanyaan pemazmur ini mendorong dan menyadarkan kita untuk membuang kehidupan dalam lumpur dosa serta membangun kembali kehidupan baru sesuai ajaran Allah. Hanya dengan cara seperti ini iman orang percaya akan berakar kuat dalam kebenaran dan kasih karunia-Nya. Dengan demikian, kita tidak akan goyah untuk selama-lamanya.
Berthy Kaihatu
Scripture Union Indonesia © 2017.