Semua Meninggalkan-Nya

Markus 14:43-52
Minggu Pra-Paskah 5
Injil Markus mencatat: ”semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri” (Mrk. 14:50). Tak ada yang tersisa. Semua murid meninggalkan Sang Guru. Perstiwa ini merupakan tanda kuat tergenapinya nubuat Zakharia (Za. 13:7), yang dimulai dari kisah pengkhianatan Yudas Iskariot.
Pengkhianatan Yudas ditandai dengan sebuah ciuman. Ciuman itu merupakan tanda bagi serombongan orang yang disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua untuk menangkap Yesus. Ciuman yang biasanya merupakan tanda hormat dan persahabatan, kini menjadi tanda dari kriminalis yang akan ditangkap. Ciuman itu masuk ke dalam sejarah sebagai lambang pengkhianatan murid terhadap gurunya.
Mengapa Yudas menggunakan ciuman sebagai tanda? Tentu hanya Yudas yang tahu. Bisa jadi tindakan itu merupakan cara Yudas untuk menyamarkan pengkhianatannya. Tetapi, Yudas agaknya lupa bahwa kehadirannya di Taman Getsemani, setelah meninggalkan guru dan rekan-rekannya dalam perjamuan malam, sungguh mencurigakan. Apa lagi setelah tanda ciuman itu, rombongan bersenjata itu menangkap Yesus.
Markus menceritakan sedikit insiden kecil—putusnya telinga seorang hamba imam besar. Namun, Markus kelihatannya dengan sengaja tidak menceritakan identitas pelaku dan korbannya. Markus agaknya hendak menekankan, meski ada orang yang berani mengayunkan pedangnya, toh dia pun lari menyelamatkan melarikan diri.
Dengan semua hal ini, Markus hendak menegaskan bahwa tidak ada seorang murid pun yang tinggal bersama Yesus. Mereka semua lari meninggalkan-Nya. Dan sejak malam penangkapan itu Yesus akan menanggung semua cawan penderitaan itu sendirian. Secara teologis, yang bisa menanggung murka Allah atas dosa manusia memang hanya Anak Manusia. Sendirian karena ”semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23). Hanya Anak Manusia yang layak menggantikan umat manusia menanggung upah dosa itu.
Yoel M. Indrasmoro
Scripture Union Indonesia © 2017.