Hati-hatilah Terhadap Ahli Taurat

Markus 12:38-40
Minggu Pra-Paskah 3
Kata-kata Yesus mengenai para ahli Taurat memang keras. Tetapi, bukan tanpa dasar. Kecaman Yesus itu bertolak pada kenyataan bahwa para ahli Taurat sibuk mengajarkan Taurat, tetapi tidak melakukannya. Mereka jago ngomong, tetapi kopong.
Kata ”suka” yang dipakai Yesus menyiratkan bahwa kegiatan agama itu dilakukan bukan untuk menyenangkan Allah, tetapi menyenangkan diri sendiri, bahkan menjadi kegemaran rutin. Ibadah telah menjadi hobi pemuas emosi. Yang penting hati senang.
Ibadah macam begini membuat orang jauh dari realitas. Bahkan, sikap hidup hariannya bisa sangat berbeda. Tengoklah catatan Markus selanjutnya: ”Mereka menelan rumah janda-janda...” (40). Menurut Stefan Leks, hidup para ahli Taurat pada masa itu disubsidi sehingga mereka dilarang memungut biaya dari murid-murid mereka. Kadang beberapa di antara mereka terpaksa hidup miskin dan mengemis untuk mempertahankan hidup. Karena itu, dianjurkan agar mereka diterima dengan ramah oleh keluarga-keluarga kaya. Banyak orang kaya menyerahkan administrasi kekayaannya kepada ahli Taurat sehingga mudah terjadi penyalahgunaan wewenang. Kecaman Yesus ini berkaitan dengan penyalahgunaan keramahtamahan yang ditujukan kepada para ahli Taurat.
Lebih gawat lagi, mereka menjadikan ibadah sebagai topeng untuk menutupi kejahatan mereka (40). Yesus tidak ingin para murid-Nya mengikuti jejak mereka. Ia menekankan pentingnya keselarasan kata dan karya. Yesus mewajibkan para murid-Nya mewujudkan ucapan mereka dalam tindakan.
Tak mudah menyelaraskan tindakan dan omongan. Namun, inilah panggilan pengikut Kristus: membicarakan apa yang dilakukan dan melakukan apa yang dibicarakan sebagaimana Kristus. Yesus begitu berwibawa di mata orang-orang sezamannya karena perbuatan-Nya merupakan perwujudan dari ucapan-Nya. Tidak lebih, tidak kurang. Ia ingin setiap orang yang percaya kepada-Nya mengikuti jejak-Nya.
Yoel M. Indrasmoro
Scripture Union Indonesia © 2017.