Kesabaran Allah

Markus 12:1-12
Minggu Pra-Paskah 3
Tidak ada yang abadi di dunia ini. Segala sesuatu ada batasnya. Jika dikaitkan dengan sifat sabar, maka kesabaran Allah pun seolah-olah ada batasnya. Memang kesabaran Allah tidak bisa dibandingkan dengan kesabaran manusia. Allah bersikap sabar karena Ia ingin membentuk manusia menjadi pribadi yang lebih baik. Kesabaran manusia belum tentu ditujukan untuk kebaikan orang lain.
Yesus kembali menerangkan bagaimana sikap Allah terhadap umat-Nya melalui sebuah perumpamaan. Dalam perumpaman ini, Yesus memakai lukisan kebun anggur (1). Bangsa Yahudi terkenal dengan perkebunan anggurnya. Pemilik anggur menanam pagar di sekeliling kebun anggurnya, kemudian ia menyewakan kebun itu kepada para penggarap. Ketika tiba musimnya, pemilik kebun itu menyuruh hambanya untuk menerima sebagian hasil kebun anggurnya dari para penggarap (2). Tetapi para penggarap itu malah memukuli hamba tersebut. Ada tiga orang hamba yang diutus kepada penggarap-penggarap itu, namun semuanya diperlakukan secara tidak manusiawi. Sampai akhirnya pemilik kebun itu mengutus anaknya dengan harapan para penggarap pasti lebih mau mendengarkannya (7). Alhasil, anak itu malah dibunuh oleh para penggarap itu. Melihat tindakan mereka, pemilik kebun marah dan membinasakan para penggarap.
Perumpamaan ini memberikan gambaran bahwa Allah, sebagai pemilik kebun anggur, merupakan Pribadi yang sabar. Para hamba-Nya adalah utusan Allah. Sang Anak merujuk kepada Yesus.
Yesus menggambarkan bahwa meskipun kehidupan umat-Nya munafik, menipu, dan tidak setia, namun Allah tetap membuktikan diri-Nya sebagai Allah yang penyayang dan panjang sabar. Di sini Yesus menginginkan kita taat kepada perintah Allah seperti Dia juga taat kepada Bapa-Nya.
Marilah kita mempergunakan kesabaran Allah untuk dapat menghasilkan buah yang baik. Hiduplah sebagai anak-anak Allah yang taat. Jangan membiarkan hawa nafsu menguasai hidup kita agar waktu yang Tuhan berikan kepada kita tidak menjadi sia-sia.
Mulianta Purba
Scripture Union Indonesia © 2017.