Pohon Ara yang Malang

Markus 11:12-14
Minggu Pra-Paskah 2
Setelah Yesus melakukan pelayanan-Nya di Betania, Ia dan para murid-Nya meninggalkan tempat itu untuk meneruskan pelayanan-Nya. Di tengah jalan Yesus merasa lapar (12). Dari kejauhan Yesus melihat pohon ara yang sudah berdaun (13), lalu Ia mencari buah dari pohon ara untuk bisa dimakan. Menurut orang Yahudi, bukanlah merupakan pencurian kalau seorang makan sedikit buah dari pohon ara di pinggir jalan (bnd. Ul. 23:24-25). Saat itu memang bukan musim buah ara. Setidaknya masih ada sisa buah atau bakal buah yang masih kecil. Kenyataannya, Yesus tidak mendapatkan apa-apa selain daun pohon ara. Yesus mengutuk pohon tersebut agar buahnya tidak dimakan lagi untuk selamanya (14).
Pohon ara ibarat bangsa Israel yang tidak ”berbuah”. Mereka patuh dengan ajaran agamanya dan rajin melakukan ritual dan kegiatan ibadah, namun mereka menolak Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah. Kehidupan keagamaannya tidak sejalan dengan perbuatan. Sebab itu bangsa Israel akan kena murka Tuhan sama seperti pohon ara.
Pohon ara yang malang hanya memperlihatkan keindahan dengan daun yang lebat, tetapi tidak mampu memberikan buah saat orang lain membutuhkannya. Tidak sedikit kehidupan umat Kristen seperti pohon ara yang tidak berbuah. Kelihatan indah dan baik dengan kemasan berbagai kegiatan gereja, seperti: rajin kebaktian minggu, ikut paduan suara gereja, sering memberikan sumbangan uang, dan lainnya. Tetapi kehidupan nyatanya sama sekali tidak berbuah, contohnya: iri hati, mementingkan diri sendiri, menipu, mencuri, perzinaan, dan sebagainya. Jikalau kehidupan agama hanya sekadar pengakuan mulut belaka, maka buah yang benar mustahil dapat dihasilkan dalam kehidupan kita. Karena itu, firman Tuhan mengingatkan agar hidup kita berbuah, sehingga tidak terkena murka Tuhan.
Sebagai anak-anak Tuhan, marilah nyatakan kehidupan kita dengan menunjukkan buah kebenaran seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Dengan demikian, kita akan terhindar menjadi pohon ara yang malang.
Mulianta Purba
Scripture Union Indonesia © 2017.