Kebutaan Rohani

Markus 8:11-13
Minggu ke-5 sesudah Epifania
Buta berarti tidak bisa melihat karena rusak matanya. Itu istilah untuk kebutaan fisik. Buta juga bisa bermakna kehidupan yang menjadi sombong karena memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk menyombongkan diri.
Setelah membuat mukjizat mengubah tujuh roti untuk dimakan 4.000 orang, Yesus dan murid-murid-Nya berbegas menuju Dalmanuta (10). Setiba di Dalmanuta, orang-orang Farisi sudah menunggu kedatangan-Nya. Mereka ingin bersoal jawab dengan Yesus (11). Tujuannya adalah bukan untuk menjalin hubungan erat dengan Dia, melainkan untuk mencobai dan memburu-Nya dengan berbagai kecaman (11). Kata mencobai dalam Bahasa Yunani disebut dengan peiraznontes yang bermakna mencari-cari kesalahan. Jika dalam bersoal jawab itu nantinya kedapatan kesalahan dalam diri Yesus, mereka dapat mempersalahkan Dia.
Pencobaan yang diberikan orang-orang Farisi pada Yesus adalah meminta tanda. Tanda yang dimaksud adalah tanda ”dari surga” sebagaimana pernah dilakukan Elia. Dalam Perjanjian Lama dikisahkan bahwa Allah pernah menjawab doa Nabi Elia dengan menurunkan api dari surga. Dengan menunjukkan tanda seperti itu mereka bisa yakin bahwa Yesus adalah utusan Allah. Rupanya mereka tidak puas dengan mukjizat yang dilakukan Yesus. Memberi makan 5.000, 4.000 orang, menenangkan angin sakal, dan menyembuhkan anak kesurupan tidak dihayati sebagai tanda Ilahi.
Yesus mengeluh dalam hatinya dan berkata, ”Mengapa angkatan ini meminta tanda?” (12). Keluhan-Nya adalah mereka membutakan diri untuk melihat semua tindakan Yesus. Kebutaan mereka bukan kebutaan fisik, melainkan kebutaan rohani. Karena itu, Ia meninggalkan mereka (13). Mengapa tidak perlu ditanggapi? Sekalipun Yesus mampu membuat tanda, mereka tetap tidak percaya.
Kebutaan rohani bisa dialami siapa saja. Kebutaan rohani terjadi karena kesombongan diri. Kesombongan diri bisa membuat kita mencobai Tuhan agar mengikuti kehendak kita. Waspadalah!
Wisnu Sapto Nugrohoi
Scripture Union Indonesia © 2017.