Karya-Nya yang Menyetarakan

Mazmur 113
Minggu ke-16 sesudah Pentakosta
Posisi yang setara dalam suatu dialog dengan siapa pun akan membuat orang lain lebih mudah berbicara secara terbuka dengan kita. Karena kita tidak takut dianggap lebih rendah daripada lawan bicara. Dalam kesetaraan itu kita akan mengalami perjumpaan yang hangat dengan sesama. Kehangatan itu akan terus berlanjut apabila kesetaraan dan penghormatan terhadap setiap individu dalam komunitas terjaga dengan baik. Artinya, setiap orang saling menghargai potensinya masing-masing dan tidak menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain. Jika hal ini bisa dicapai, maka setiap potensi akan menjadi elemen yang saling menguatkan dalam kehidupan bersama. Inilah konsep hidup yang ditampilkan oleh Mazmur 113. Pemazmur mengajak orang percaya untuk memuliakan Tuhan karena tidak ada allah lain seperti Allah Israel (5). Sebab langit adalah takhta Allah dan bumi adalah tumpuan kaki-Nya (4; lih. Yes. 66:1). Di sisi lain, Allah yang mahatinggi juga adalah Allah yang peduli dengan ciptaan-Nya. Allah tidak duduk diam di surga tanpa berbuat apa pun. Sebaliknya, Ia dengan saksama mengamati, menyelidiki, mengatur, dan mencukupi kebutuhan ciptaan-Nya (6; lih. Mat. 6:25-32). Selain itu, Allah mengangkat derajat dan martabat umat-Nya di mata bangsa-bangsa. Ia tidak membiarkan umat-Nya dipandang sebelah mata oleh para musuh mereka (7-8). Ia mendudukan umat-Nya setara dengan bangsa-bangsa lain. Salah satu contohnya dapat ditemukan dari kisah Daud, Ester, Daniel, dan sebagainya. Bahkan untuk perempuan yang mandul pun diperhatikan oleh Allah. Ia mengembalikan kehormatan orang-orang yang dikasihi-Nya di hadapan sesamanya (9). Kebesaran Allah dapat terlihat pada kisah Sara dan Hana. Manusia diajak untuk melihat kembali bagaimana Tuhan berkenan membangun kesetaraan pada setiap manusia. Rasa menghormati dan menghargai akan terwujud apabila setiap orang mau mengakui derajat orang lain. Sebab itu, Allah memanggil kita menjadi agen pembawa damai dan keharmonisan dalam dunia ini.
Tri R. Wahono
Scripture Union Indonesia © 2017.