Duta Perdamaian

Ibrani 12:12-17
Minggu ke-12 sesudah Pentakosta
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Indonesia terdiri dari beranekaragam suku, budaya, etnis, agama, bahasa, dan adat. Bagaimana menyatukan keanekaragaman masyarakat Indonesia? Para pendiri bangsa Indonesia telah meletakkan dasar negara, yaitu Pancasila. Salah satu cita-cita para pendiri bangsa ini adalah untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya. Hal senada juga dikatakan oleh penulis Kitab Ibrani agar orang-orang percaya mengusahakan hidup berdamai dengan semua orang (14a). Hidup dalam suasana damai dapat mendorong seseorang mempraktikkan hidup kudus (14b). Perdamaian memampukan masing-masing anggotanya saling memerhatikan, menolong, dan menguatkan. Perdamaian juga berfungsi mencegah munculnya bibit kekerasan dan kerusuhan dalam bermasyarakat (15). Sayangnya perdamaian tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diupayakan, dihadirkan, dirawat, dan dilestarikan. Artinya, perlu komitmen dan pengurbanan, baik secara materi maupun emosi. Langkah toleransi dan negosiasi harus menjadi makanan sehari-hari. Memang sungguh ironis karena banyak orang menginginkan hidup dalam suasana damai justru perbuatannya menimbulkan konflik dan perpecahan. Kunci hadirnya perdamaian terletak pada kasih karunia Allah. Mewujudkan perdamaian melalui tindakan kasih bukan berarti kita menjadi orang yang gampangan berkata ???iya??? dan menyenangkan semua pihak. Jangan bertindak bodoh dan ceroboh seperti Esau yang menjual hak kesulungannya demi memuaskan rasa lapar sesaat (16). Karena itu, penulis Kitab Ibrani memotivasi orang percaya dengan kalimat, ???Kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah dan luruskan jalan bagi kakimu??? (12-13). Mewujudkan perdamaian butuh upaya konkret. Dalam Kristus ada damai sejahtera dan damai itu sudah diberikan-Nya kepada orang percaya (Yoh. 14:22). Maukah kita menjadi duta Kristus yang membawa damai-Nya bagi dunia?
Priskila P. Hevina
Scripture Union Indonesia © 2017.