Berteduh dalam Doa

Mazmur 90
Tahun Baru
Kita butuh tempat berteduh dan berlindung agar nyaman dari hujan angin maupun terik matahari yang menerpa. Demikian pula dengan Musa yang berteduh kepada Allah melalui doa (1). Musa menjalani 40 tahun pertama hidupnya sebagai pangeran di istana Firaun, dan 40 tahun berikutnya sebagai gembala di Midian, ketika Allah memanggilnya untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir (Kel.7:7). Mencapai umur 80 tahun dengan kesehatan yang prima merupakan anugerah istimewa (10; bdk. laporan HDI-UNDP bahwa harapan hidup rata-rata penduduk Indonesia tahun 2015 adalah 68,9 tahun). Namun diperhadapkan dengan kekekalan, Musa mengakui betapa tahun-tahun hidupnya cepat berlalu. Ibarat rumput yang baru saja tumbuh akan segera lisut dan layu. Belum lagi kesukaran dan penderitaan hidup yang dihadapi terasa sangat berat menghimpit (2-10). Beralih dari sikap suram dan pesimis, Musa mendapat pembaruan dan peneguhan dalam hari-hari yang dijalaninya dengan berdoa (11-17). Berdoa bagaikan tempat perhentian dalam peziarahan panjang kehidupan yang kita jalani. Waktu doa harian yang tetap menjadi waktu istirahat dari kesibukan harian yang tidak ada habisnya. Waktu doa menjadi waktu teduh untuk mendengarkan maksud dan kehendak Tuhan untuk ditaati sehingga kita tidak terhanyut oleh arus duniawi. Lapar rohani tak akan dapat dikenyangkan tanpa berdoa (14). Berdoa memperhadapkan kita kepada kasih setia-Nya, perbuatan dan semarak-Nya, kemurahan, dan peneguhan-Nya (14,16,17). Sekalipun manusia hidup dalam kefanaan, kasih setia dan kemurahan Tuhan yang memampukan kita menjalani hidup dengan sukacita dan bersorak-sorai. Seperti doa Musa, kita bisa menuliskan doa kita tanpa harus mengucapkannya. Bila kata-kata terlalu sukar untuk mengungkapkan isi hati kita di hadapan Tuhan, tidak ada salahnya berdoa dalam keheningan. Datanglah kepada Tuhan dalam doa agar kita dapat melihat hidup yang kita jalani lebih jernih. Selamat berteduh dalam doa.??
Yahya Tirta Prewita
Scripture Union Indonesia © 2017.