Hidup itu Singkat dan Berharga

Pengkhotbah 9:1-12
Minggu Adven ke-1
Hidup di tengah dunia berdosa penuh dengan penderitaan dan jerih payah. Belum lagi ditambah akhir hidup manusia, baik orang benar maupun orang fasik, menuju kematian (3). Hal ini merupakan pergumulan utama dari Pengkhotbah. Pengkhotbah ingin melihat "siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati" (4). Istilah "anjing" dalam dunia kuno merupakan binatang yang diremehkan karena hidupnya mengais sampah. Sedangkan "singa" merupakan raja rimba. Pernyataan Pengkhotbah itu mau menekankan betapa berharganya kehidupan. Mengapa hidup sangat berharga? Bagi mereka yang hidup dalam kebebalan masih ada kesempatan untuk melakukan hal yang benar (3-4). "Orang-orang yang hidup tahu mereka akan mati, sedangkan orang yang mati tidak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka" (5). Artinya, orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati. Mereka mengerti bahwa harapan untuk mengubah "upah" mereka adalah ketika mereka masih hidup. Kesempatan itu dimungkinkan saat seseorang masih bernafas. Inilah sebabnya mengapa hidup begitu berharga dan tidak ada kata "terlambat" untuk bertobat dari perbuatan jahat. Sedangkan orang benar menikmati hidupnya dengan keluarga yang dikasihi karena hidup ini singkat. Alasannya, "Allah sudah lama berkenan" akan perbuatan kita dan ini adalah "bahagian" kita dalam hidup dan usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari (8-9). Karena itu, kita harus sekuat tenaga melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukan sebab tidak ada kesempatan setelah manusia meninggal (10). Hidup sangat singkat dan berharga. Jika kita masih hidup dalam kebebalan, bertobatlah dari kefasikan kita selama ada kesempatan untuk mengubah "upah" kita di surga. Apabila kita telah hidup dengan baik, maka lakukanlah lebih baik lagi tanpa henti. Nikmatilah kehidupan yang diberikan Allah sebagai ganjaran buat kita. Jangan membuang kesempatan yang ada dalam hidup yang singkat dan berharga ini.?
Inawaty Teddy
Scripture Union Indonesia © 2017.