Menyikapi penolakan

Kisah 7:23-34
Minggu ke-3 sesudah Pentakosta

Ketika Anda berniat menunjukkan sikap peduli dan penuh perhatian
kepada seseorang atau sekelompok orang, tetapi niat baik Anda
tersebut ditolak, kecewakah Anda?
Mungkin ya; dan setelah itu kita sulit mempertahankan sikap yang
peduli dan penuh perhatian. Hati kita penuh amarah, mungkin juga
dendam. Dalam situasi demikian, mampukah Anda tetap melihat
panggilan Tuhan bagi diri Anda untuk menjadi alat-Nya? Kita akan
melihat bagaimana Stefanus memaparkan keteguhan sikap Musa
meskipun ditolak, dan bagaimana Allah tetap pada kepastian
melibatkan Musa dalam rencana-Nya menyelamatkan umat-Nya.


Memperhatikan saudara sebangsa.
Hidup bergelimang kemewahan dan kesenangan menjadi dambaan banyak
orang. Perjalanan sejarah kehidupan manusia membuktikan bahwa
hanya sedikit orang yang mau meninggalkan kemewahan atau
kesenangannya demi menolong orang lain. Stefanus menyaksikan
apa yang telah diperbuat Allah bagi nenek moyang Israel, Musa
ketika berusia 40 tahun. Selama 40 tahun pertama hidup di istana
Firaun, Musa tidak terbuai dalam kemewahan dan kesenangan yang
tersedia di istana. Bahkan ia prihatin akan hidup sengsara
saudara-saudaranya di luar istana (23). Sikap peduli ini sangat
menonjol ketika ia harus keluar dari kehidupan mewah di istana
demi membela saudara sebangsanya yang dianiaya oleh orang Mesir
(24).


Penolakan manusia dan kepastian rencana Allah.
Sikap peduli Musa ternyata bukan jaminan bahwa dia akan diterima
dengan baik oleh saudara-saudara sebangsanya. Ini terlihat ketika
niat Musa untuk yang kedua kalinya mencoba mendamaikan dua
saudara sebangsanya yang sedang berkelahi ditolak. Dengan penuh
kekecewaan, Musa meninggalkan Mesir, dan hidup sebagai pendatang
di Midian. Mengapa Musa ditolak oleh bangsanya sendiri? Dia bukan
pemimpin, dia bukan hakim bagi bangsanya. Namun, terlepas dari
penolakan manusia, kepastian rencana pengutusan Allah atas Musa
tidak berubah (30-34).


Doa:
Tuhan, jika pelayananku ditolak orang sekelilingku, jangan
biarkan aku berhenti menjadi alat-Mu.

Scripture Union Indonesia © 2017.