Hanya Mau Belas Kasih-Nya

2 Raja-Raja 13:1-13

Seorang pemudi memberikan permen coklat kepada seorang anak kecil. Ia berharap anak kecil itu mau menerima ajakannya. Anak kecil itu mengambil coklat yang diberikannya, namun ia tidak mau ikut pemudi itu. Begitulah kira-kira gambaran sikap bangsa Israel kepada Allah. Kasih Allah diterima, tetapi mereka tidak mau beribadah kepada-Nya.


Di satu sisi, Yoahas minta belas kasihan Tuhan buat rakyatnya agar lepas dari penindasan raja Aram (4-5). Tetapi di sisi lain, dia dan rakyatnya tidak menjauhi perilaku berdosa (6-7). Patung Asyera masih berdiri tegak di Samaria dan masih disembah. Mereka hidup menuruti dosa Yerobeam bin Nebat. Yerobeam bin Nebat adalah Yerobeam I, dialah raja Israel utara yang pertama. Dosa Yerobeam bin Nebat adalah mendirikan kuil-kuil di Dan dan di Betel untuk menandingi Bait Suci Yerusalem, dengan tata ibadah baru dan dilayani oleh imam-imam non-Lewi.


Dosa ini seharusnya dijauhi oleh Yoas (ayahnya Yoahas), namun Yoas tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam bin Nebat (2Raj. 10: 29, 31). Dosa ini diteruskan oleh Yoas, anaknya Yoahas, saat dia menjadi raja menggantikan ayahnya (10--13). Dasar yang salah diletakkan oleh seorang ayah, diteruskan oleh anak, dan cucunya. Demikian halnya fondasi yang salah diletakkan oleh seorang kepala negara membuat rakyatnya pun melakukan dosa yang sama. Inilah yang menjadi zaman gelap bagi kerajaan Israel Utara. Namun, Allah demi kasih-Nya tidak tega melihat penderitaan umat-Nya. Allah menolong umat-Nya dari penindasan raja Aram. Kasih Allah lebih besar dari segala pelanggaran dan dosa manusia.


Kita perlu sungguh-sungguh berusaha menjauhi dosa, sehingga tidak menyebabkan keturunan kita dan orang lain berdosa kepada Allah. Kita perlu waspada terhadap sifat dan sikap manipulatif, yang di satu sisi kita ingin menerima berkat Tuhan, namun di sisi lain kita menolak-Nya. Dia memang Allah yang kasih-Nya melebihi pelanggaran kita, tetapi tidak berarti kita boleh tetap hidup dalam kubangan dosa. [DSY]

Scripture Union Indonesia © 2017.