Hiduplah dalam kekudusan

2 Korintus 6:11-7:1

Bagai seorang ayah yang merindukan kembalinya si anak hilang, begitulah tampaknya kerinduan hati Paulus terhadap orang-orang Korintus. Paulus telah mengajari mereka kebenaran secara panjang lebar. Maka Paulus berharap agar jemaat Korintus dapat bersikap terbuka terhadap dirinya (12). Kita tahu bahwa jemaat Korintus memang meragukan integritas Paulus. Namun percakapan Paulus yang bersifat terbuka terhadap mereka memperlihatkan sikap hatinya yang juga terbuka.


Paulus menasihati orang Korintus untuk tidak menggabungkan diri mereka dengan orang yang tidak percaya (14). Karena sebenarnya orang percaya dan orang yang tidak percaya tidak dapat disatukan. Yang Paulus maksudkan di sini bukan hanya tentang pernikahan antara orang beriman dengan orang yang tidak beriman. Ini berbicara tentang berbagai bidang kehidupan di mana kita membiarkan dunia ini mempengaruhi pemikiran dan kehidupan kita. Jika kita membiarkan diri kita dipengaruhi dunia ini dan tidak ditransformasi oleh pikiran yang diperbarui oleh Roh, itu berarti kita telah menyatukan diri dengan orang yang tidak beriman.


Paulus membandingkan jemaat dengan bait Allah. Bait Allah adalah tempat yang kudus dan harus dihindarkan dari segala sesuatu yang tidak kudus yang akan mencemarinya. Sebagai tempat kudus Allah, kita juga harus melindungi hati dan pikiran kita hingga tetap kudus senantiasa.


Ada banyak pengaruh dunia ini yang dapat mencemari kekudusan kita. Bisa datang dari buku, film, program televisi, pergaulan, dan lain sebagainya. Menyadari pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh hal-hal itu adalah langkah pertama yang bisa kita lakukan. Langkah selanjutnya adalah memutuskan pengaruhnya.


Seseorang yang sudah mengalami pemulihan hubungan dengan Allah, seharusnya meninggalkan dosa dan hidup dalam pengudusan. Itulah panggilan untuk hidup terpisah dari dunia ini bagi Allah. Jika kita memisahkan diri dari pikiran dan tindakan duniawi, kita akan hidup semakin dekat dengan Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.