Prioritas Yesus!

Lukas 9:57-62

Melangkahkan kaki menuju Yerusalem bukan perkara mudah bagi Yesus, tetapi sudah merupakan tekad dan tujuan-Nya. Mereka yang menjadi murid Yesus, tidak bisa tidak harus menjadikan tekad dan tujuan Guru mereka, tekad dan tujuan mereka. Inilah yang namanya memprioritaskan Yesus.


Itu berarti, harus siap mengalami penderitaan dan penolakan seperti yang dialami Yesus (58). Tidak ada yang namanya sukarelawan dalam mengikut Yesus, melainkan pengabdian sepenuh hati dan hidup. Sekali seseorang memutuskan untuk menerima panggilan mengikut Yesus, ia harus berani melepaskan semua hak untuk tunduk sepenuhnya kepada cara-Nya mengatur, mendisiplin, dan memakainya.


Oleh karena itu, seorang murid pengikut Yesus, harus siap melepaskan semua ikatan lainnya, yang bisa menghalangi komitmennya mengikut Dia. Termasuk, berani melepas tradisi menguburkan orang tua (59). Yesus bukan sedang mengajarkan bahwa orang Kristen harus melupakan tanggung jawab kepada keluarga. Lihat saja cara Yesus memperlakukan ibunya saat menjelang kematian-Nya (Yoh. 19:26-27). Yang Yesus inginkan ialah komitmen kepada Yesus harus nomor satu. Hal itu berarti memercayakan kepada-Nya pemeliharaan keluarganya!


Mengikut Yesus separuh-separuh ibarat seorang yang sedang menarik bajak di ladang tetapi sebentar-sebentar menengok ke belakang. Yang terjadi ialah alur bajakannya menjadi tidak lurus. Berpamitan kepada keluarga (61) dalam konteks ini berarti belum sepenuh hati melepaskan diri dari ikatan dunia yang akan menghalanginya mengikut Yesus sepenuh hati. Mengikut Yesus memerlukan fokus penuh!


Prioritas Yesus! Pertama, kita tahu hidup kita ialah milik-Nya karena karya penebusan-Nya. Kedua, kita dapat memercayakan hidup kita kepada-Nya karena Ia hendak menggunakannya bagi kemuliaan-Nya dan bagi kepentingan sesama. Ketiga, jangan khawatir akan keluarga dan orang-orang terdekat kita. Dia pasti memberikan yang terbaik untuk mereka.

Scripture Union Indonesia © 2017.