Nyanyian kemenangan

Wahyu 15:1-4

Dalam Perjanjian Lama, kita dapat melihat bukti kedahsyatan penghakiman Allah atas kejahatan bangsa-bangsa. Salah satunya ialah tenggelamnya Firaun dan pasukannya di laut Teberau karena kejahatan mereka memperbudak umat Israel. Begitu juga halnya kondisi menjelang akhir zaman, kedahsyatan murka Allah berlipat ganda dan yang tersisa hanyalah kengerian.


Puncak murka Allah dilukiskan melalui ketujuh cawan yang berisi malapetaka yang mendatangkan kematian dan kehancuran dunia dan segala isinya (1). Ketujuh cawan memperlihatkan isi dan tujuan penghakiman Allah. Cawan itu melambangkan kegenapan murka Allah. Ini memperlihatkan bahwa kesempatan bertobat telah ditutup.


Selain cawan, terlihat lautan kaca bercampur api dan umat Allah (2). Lautan di sini membayangkan laut Teberau. Bayangkan, umat Israel melihat kemusnahan Firaun dan pasukannya sehingga mereka bisa menaikkan nyanyian pujian kepada Tuhan (lihat Kel. 15). Umat Allah bertarung melawan kekuatan anti-Kristus. Di tengah pertarungan itu, umat Allah mampu mempertahankan imannya, walau ditindas dan kehilangan nyawa. Di mata dunia, kematian umat Allah merupakan kekalahan. Di mata Allah, kematian umat-Nya ialah kemenangan. Sama halnya kematian Kristus ialah lambang kehinaan, maka kebangkitan Kristus adalah lambang kemenangan atas maut dan dunia ini. Dunia menjadi hadiah kemenangan-Nya.


Rasul Yohanes memperlihatkan bahwa kekalahan dan kebinasaan si jahat hanya menunggu waktu. Kemenangan besar sudah ada di depan mata bagi umat Allah. Umat Allah akan bergembira dan menyanyikan lagu kemenangan mereka (3-4). Lagu kemenangan ini memiliki dua makna. Pertama, tuntutan rasa keadilan umat Allah telah terpenuhi. Kedua, semua perjuangan mereka di dunia mendapat pahalanya. Seperti Musa telah membebaskan Israel dari belenggu perbudakan, demikian halnya umat Allah mendapat tempat perhentiannya yang abadi, yaitu surga mulia. Kemenangan ini patut dirayakan karena Allah itu adil dan benar.

Scripture Union Indonesia © 2017.