Membangun kembali kasih

Kidung Agung 6:4-11

Relasi suami istri memang tidak selalu berjalan mulus. Masalah kecil seperti kesibukan sehingga kurang waktu untuk berkomunikasi, bisa menjadi besar ketika tidak segera diselesaikan. Misalnya, daripada saling menyalahkan, lebih baik saling mengalah, memperbaiki diri.


Sang istri, sudah memulai untuk memperbaiki kesenjangan komunikasi yang terjadi dengan membuka dirinya untuk merayu si suami agar bergairah lagi kepadanya (Kid. 6:3). Kini, giliran sang suami menyambut dengan kehangatan yang diperbarui. Sang suami, yang pada dasarnya masih mengasihi istrinya, segera menyambut si istri dengan mengungkapkan kembali kekagumannya, bahkan komitmennya.


Kecantikan sang istri diumpamakan sebagai Tirza dan Yerusalem. Tirza merupakan ibu kota kerajaan Israel utara sebelum Samaria (1Raj. 14:17). Keindahan kota tersebut secara alami ada pada taman-taman bunganya. Sedangkan Yerusalem, kota tempat bait suci Allah Israel melambangkan keindahan yang dikombinasikan dengan kekudusan. Mungkin bisa dikatakan kecantikan batiniah. Kata "menjadi bingung" di ayat 5 mungkin lebih tepat diterjemahkan "menjadi bergairah" (bdk. 1:15; 4:1, 9).


Penghargaan tinggi sang suami kepada istri dinyatakan dengan perbandingan yang menyolok (8-9). Gambaran Salomo yang memiliki banyak istri dan selir, namun semua perkawinan politik itu tidak memiliki kasih sejati. Kasih sejati ada pada pasutri yang merayakannya di Kidung Agung ini. Inilah sekaligus komitmen sang suami untuk hanya mencintai istrinya.


Para suami yang dipercayakan Allah sebagai kepala rumah tangga, harus ingat bahwa inisiatif ada pada kita. Jadilah suami yang baik, yang selalu dengan lembut memperlakukan istri. Pujilah dia dengan tulus. Biarlah gairahmu hanya untuk dia, tidak boleh pada siapapun yang lain.

Scripture Union Indonesia © 2017.