Religius, tetapi terpisah dari Kristus

Kisah Para Rasul 7:54-8:1a

Bagai orang kebakaran jenggot begitulah kira-kira yang terjadi pada anggota Mahkamah Agama saat itu. Bayangkan saja, Stefanus yang diajukan ke Mahkamah Agama dengan tuduhan menghujat Musa dan Allah kemudian mengajukan pembelaannya dengan panjang lebar. Bahkan ia berbalik menegur mereka. Bagai bumerang, tuduhan penghujatan berbalik ke mereka. Padahal mereka adalah pemimpin agama yang terhormat. Tak heran mereka jadi geram (54).


Namun wajah Stefanus saat itu tentu berbeda dari wajah geram anggota-anggota Mahkamah Agama, karena saat itu ia melihat kemuliaan Allah dan Anak Manusia (56). Namun pernyataan Stefanus tentang penglihatannya dianggap keterlaluan oleh anggota Mahkamah Agama. Akibatnya ia diserbu, diseret, dan dirajam (57-58). Sungguh brutal tindakan pria-pria terhormat yang berasal dari kalangan bergengsi itu, seperti tindakan preman pasar yang ingin pamer kekuatan dengan adu otot. Namun itulah reaksi orang-orang yang menolak Allah. Mereka menutup telinga terhadap penyataan Allah dan malah menganggap hal itu sebagai penghujatan. Betapa berbahayanya menjadi orang yang religius, tetapi terpisah dari Kristus. Ini menggenapi perkataan Yesus di Yohanes 16:2-3 "... akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku".


Sungguh berbeda kehidupan orang yang religius dengan orang yang hidupnya dipenuhi Roh Kudus. Stefanus masih bisa mengampuni orang yang menyiksa dia (60).


Hidup secara religius bisa saja menghadirkan rasa aman karena keyakinan bahwa Tuhan berkenan atas perbuatan baik kita. Namun bukan demikian yang Tuhan inginkan. Belajar dari kisah Stefanus, kita tahu bahwa orang yang berkenan di hadapan Tuhan adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus. Dan kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus hanya dimungkinkan bila orang memiliki hubungan yang akrab dengan Allah, yang dijalin melalui pertemuan dengan Allah tiap-tiap hari.

Scripture Union Indonesia © 2017.