Ditinggalkan Allah? Tak pernah!

Mazmur 22:1-23

Penderitaan macam apa yang pernah Anda alami? Sakit berat? Bangkrut? Ditinggal orang yang Anda kasihi? Masuk penjara? Semua itu pasti berat. Namun bukan tak tertanggungkan.


Mazmur 22 melukiskan penderitaan yang jauh melampaui semua hal di atas: penderitaan karena merasa ditinggalkan, ditolak manusia (7-9), dan bahkan 'dikucilkan' Allah (2, 12, 20). Pergumulan ini pernah dirasakan oleh Tuhan Yesus saat Ia tergantung di kayu salib (lihat Mat. 27:46; Mrk. 15:34).


Akan tetapi, Mazmur 22 tidak berhenti hanya pada penderitaan yang tak tertanggungkan itu (2-22). Kita bertemu dengan sikap pemazmur yang lebih positif (24-32). Kunci untuk mengerti perubahan ini ada di ayat 23, "Aku akan memahsyurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah."


Mengapa di tengah penderitaan yang "tak tertahankan" itu, pemazmur masih bisa bertekad memuji Tuhan? Karena pengalaman bersama komunitas beriman bahwa Tuhan peduli pada mereka (4-6). Jadi walaupun saat itu pemazmur dijepit habis-habisan oleh musuh, yang bukan tidak mungkin adalah orang-orang di sekitarnya (7-9, 13-14, 17-19) dan sepertinya Allah juga tidak peduli (15-16), iman bersama umat Tuhan tidak pernah luntur sepenuhnya. Apalagi kenangan pemeliharaan Tuhan (10-11) begitu lekat dalam ingatan pemazmur, membuat kesusahan tak mudah menghapus memori indah itu.


Ada dua hal yang tidak bisa dihapuskan dari memori iman anak-anak Tuhan sejati. Pertama, pengalaman diampuni Tuhan dan diselamatkan, baik dalam artian rohani maupun sehari-hari. Kedua, firman-Nya yang kita renungkan setiap hari. Firman Tuhan hidup dan berkuasa membongkar kepahitan hidup dan membangun dasar iman yang kokoh. Buktikan sendiri dengan membaca firman Tuhan tiap-tiap hari!

Scripture Union Indonesia © 2017.