Tuhan-yang-menyediakan-pengganti

Kejadian 22:1-19

"Keesokan harinya pagi-pagi" adalah sebuah frase yang berulang dalam kisah Abraham, sebuah kisah ketaatan Abraham bahkan di saat-saat sulit dalam hidupnya. Ketika Tuhan berbicara, Abraham menaatinya pada kesempatan pertama (bdk. Kej. 21:14). Di dalam narasi ini kita melihat kisah ketaatan yang luar biasa pada kedua tokoh di dalamnya, yaitu Abraham dan Ishak, anaknya.


Sementara Abraham dikenal sebagai Bapak Orang Beriman, di sini untuk pertama kalinya dikisahkan ketaatan Ishak sebagai seorang dewasa. Kita tahu bahwa Ishak sudah dewasa karena ayat 6 mengatakan "Abraham ... memikulkannya ke atas bahu Ishak ...." Hanya lelaki dewasa yang bahunya sudah bertumbuh kokoh yang bisa memikul barang di atas bahunya. Ishak pada saat ini sudah berusia 20-an tahun sementara Abraham 120-an tahun. Namun Ishak menuruti ayahnya dan tidak melawan, kendati perjalanan berhari-hari tentu menyediakan banyak sekali kesempatan untuk bercakap-cakap. Tentu bukan perkara mudah bagi Abraham untuk menanggung pikiran bahwa anak tunggalnya harus dijadikan korban bakaran, walaupun kita tahu ia berpikir bahwa Allah akan membangkitkan Ishak kembali dari kematian (bdk. Ibr. 11:17-19). Di sini, mereka menunjukkan kepatutan karakter mereka menjadi leluhur orang beriman.


Di luar kelazimankah permintaan Tuhan agar Abraham mengorbankan Ishak? Ternyata tidak. Hal itu dilakukan banyak bangsa pada masa itu (2Raj. 3:27, bdk. Im. 18:21, Ul. 12:31, Mzm. 106:37, Yeh. 20-21). Jadi permintaan Tuhan ini pada awalnya mungkin bukan sesuatu yang mengejutkan Abraham, yang berasal dari lingkungan yang tidak mengenal Tuhan. Namun elemen yang paling mengejutkan dalam kisah ini justru ada di ayat 13-14, mengenai penyediaan korban pengganti untuk anak yang seharusnya mati. Di sinilah kita temukan kisah penebusan yang otentik dari Tuhan, yang tidak dikenal oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan-yang-hidup, Tuhan-yang-menyediakan-pengganti dan Tuhan-yang-menggantikan. Terpujilah nama Tuhan!

Scripture Union Indonesia © 2017.