Anak Manusia

Matius 24:27, 29-30

Agaknya tidak seorang pun mengartikan kilat sebagai sesuatu yang menyenangkan. Sebaliknya kita pasti melihatnya sebagai sesuatu yang mengerikan, berbahaya, dan bisa menimbulkan ancaman serius.


Tuhan Yesus memakai kilat untuk menggambarkan kedatangan-Nya dengan dua pengertian yang paradoks. Untuk memahami, mari simak kisah ini. Seorang hamba Tuhan bersaksi tentang pelayanannya di daerah terpencil. Acap kali ia harus berjalan melalui daerah sepi, gelap, dan mungkin berbahaya, atau paling tidak menimbulkan rasa takut. Suatu kali dalam kegelapan luar biasa Tuhan menjawab doanya dengan kilat. Sepanjang perjalanan gelap melalui tempat sepi, cahaya kilat yang sambung menyambung memancar menerangi perjalanan si hamba Tuhan hingga ia tiba ke tujuan dengan selamat. Sebaliknya, sambaran kilat di wilayah pemukiman yang terkenal dengan kilatnya di musim hujan telah membuat banyak penghuni menderita kerusakan televisi, telepon, atau komputer.


Yesus datang kelak bukan lagi sebagai Anak Manusia bersahaja, tetapi dalam gambaran visi Daniel yaitu Anak Manusia dalam awan-awan kemuliaan surgawi. Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ia datang untuk mengenyahkan kegelapan. Siapa pun yang membuka hidup kepada-Nya akan diubah oleh kasih dan kuasa penebusan-Nya. Ini kontras dari si jahat dan para pengikutnya yang keadaan dan sifatnya tepat digambarkan dengan kegelapan. Ketika Ia datang lagi kelak, seluruh kasih, kuasa, dan kemuliaan-Nya akan terlihat penuh. Saat itu pancaran kilat kemuliaan-Nya akan sedemikian dahsyat hingga membawa kesukaan bagi umat milik-Nya. Kepenuhan terang-Nya akan mengenyahkan tuntas semua yang gelap dan jahat. Sebaliknya, kemuliaan-Nya akan membuat mereka yang tidak menerima-Nya menerima pengha-kiman mengerikan.


Kedatangan-Nya kelak bukan lagi mengawali, tetapi mengakhiri. Yaitu dengan dampak, entah merampungkan keselamatan mereka yang percaya kepada-Nya, atau menghukum mereka yang menolak-Nya. Jika ingin bersuka dalam terang kedatangan-Nya, berpihaklah kepada-Nya sekarang.

Scripture Union Indonesia © 2017.