Jangan sia-siakan anugerah

Zakharia 5:1-4

Pemulihan yang Tuhan lakukan atas umat-Nya bukan hanya dalam tatanan
pemerintahan dan keagamaan, tetapi juga dalam hal moralitas.
Tidak cukup hanya memiliki pemimpin yang baik, aturan ibadah yang
benar. Perlu diimbangi dengan komitmen umat untuk hidup kudus dan
berkenan kepada Tuhan.


Penglihatan keenam ini menekankan sisi kehidupan moral umat. Ternyata
umat yang kembali dari pembuangan belum dimurnikan secara
moralitas. Paling sedikit, gulungan kitab itu memuat kutukan atas
dua pelanggaran dari sepuluh perintah Allah, yaitu hukum
kedelapan: jangan mencuri, dan hukum ketiga: jangan menyebut nama
Tuhan Allahmu dengan sembarangan, yaitu jangan bersumpah palsu
(ay. 4, "demi nama-Ku."). Mungkin keduanya mewakili dua
pelanggaran dasar Taurat terhadap sesama (hukum V-X) dan terhadap
Allah (I-IV). Umat Tuhan sedang ada dibawah kutuk Taurat untuk
pelanggaran kesepuluh hukum Allah yang merupakan standar
moralitas Ilahi.


Kutuk merupakan bagian dari Taurat dan Perjanjian Sinai sebagai
respons kekudusan Ilahi terhadap setiap pelanggaran yang tidak
segera dibereskan. Di Kitab Ulangan berkat dan kutuk dipaparkan
dan dibacakan setiap kali umat Tuhan mengadakan upacara pembaruan
perjanjian Sinai (Ul. 27-29). Hal itu dilakukan untuk
mengingatkan mereka betapa seriusnya Tuhan memandang mereka
sebagai umat-Nya, dan mereka harus sama seriusnya memandang Tuhan
sebagai Allah mereka. Kutuk itu akan dilaksanakan kepada setiap
orang yang melanggar tanpa pandang bulu.


Anugerah Tuhan cukup untuk memulihkan umat-Nya dengan kuasa, hikmat,
dan otoritas-Nya. Namun mereka harus bertanggung jawab atas
perbuatan sendiri. Mereka harus mau "mengerjakan keselamatan
mereka dengan takut dan gentar" (Flp. 2:12). Dengan demikian
anugerah Allah yang sudah dicurahkan, tidaklah tersia-siakan
dengan tingkah hidup kita yang bermain-main dengan dosa!

Scripture Union Indonesia © 2017.