Akhir tragis musuh Tuhan

Kisah Para Rasul 12:20-23

Apakah akhir tragis kehidupan seseorang merupakan ganjaran terhadap
dosa-dosanya? Katakanlah mati dibunuh, atau karena kecelakaan
yang mengerikan atau penyakit yang merusakkan tubuh secara
mengenaskan. Jawabannya, tidak selalu demikian. Ingat saja
Stefanus, martir pertama gereja (Kis. 7:58-60). Kematiannya yang
tragis di mata manusia adalah kematian yang mulia di mata Allah
(Kis. 7:56).


Namun catatan Lukas mengenai kematian Herodes yang mengerikan diberi
penekanan khusus bahwa tangan Tuhanlah yang berperan di baliknya
(ayat 23). Herodes ditampar malaikat Tuhan dan mati dimakan
cacing-cacing karena tidak menaruh hormat kepada Allah. Ia adalah
raja yang bengis dan kejam. Lihat kembali apa yang dia lakukan
terhadap Yakobus, saudara Yohanes (ayat 2), rencananya terhadap
Petrus (ayat 3-4) dan perlakuannya terhadap anak buahnya sendiri
(ayat 19).


Herodes adalah seorang yang gila hormat dan kuasa. Tindakan kejam dan
tangan besinya, semata-mata untuk menyenangkan hati orang-orang
Yahudi agar menerima dia sebagai raja mereka. Ia membiarkan diri
disanjung-sanjung oleh orang-orang Tirus dan Sidon. Mereka
bergantung pada kemurahan Herodes untuk bahan makanan (ayat 20),
karena itu mereka menjilat Herodes secara berlebihan. Sikap
pongah Herodes inilah yang menyebabkan ia menerima segala
sanjungan yang mengilahkan dirinya: "Ini suara allah, bukan suara
manusia!" Dengan demikian ia merampas kemuliaan Allah, dengan
membiarkan dirinya disembah seperti Allah.


Yang utama bukan bagaimana cara berakhirnya hidup seseorang,
melainkan bagaimana ia mengisinya. Isilah hidup ini dengan cara
yang memuliakan Tuhan dan yang memberkati orang lain. Maka di
mata Tuhan hidup Anda sukses. Sebaliknya bila hidup berpusat pada
diri sendiri, semata untuk hormat dan kenikmatan diri, berarti
hidup Anda tidak memuliakan Tuhan bahkan jangan-jangan Anda
sedang memegahkan diri melampaui kemuliaan Tuhan. Jangan sampai
malaikat Tuhan menampar Anda!

Scripture Union Indonesia © 2017.