Allah mengasihi semua orang

Kisah Para Rasul 10:34-43

Sikap rasialis adalah masalah manusia dari dulu. Sikap ini
menghasilkan ketidakadilan, pertikaian, bahkan peperangan. Orang
Yahudi pernah mengalami penderitaan dahsyat karena perlakuan
rasialis dari bangsa Jerman. Namun banyak orang Yahudi pada masa
Perjanjian Baru pun bersikap rasialis. Mereka merasa satu-satunya
umat Allah yang berhak atas semua janji-Nya. Bangsa-bangsa lain
tak lebih daripada binatang yang tak layak mendapat anugerah
Allah.


Sikap rasis umat Yahudi disebabkan kekeliruan mereka memahami konsep
umat pilihan. Bagi mereka, umat pilihan adalah semata-mata hak
istimewa. Mereka lupa panggilan istimewa adalah untuk
tugas/kewajiban mulia, membawa bangsa-bangsa lain kepada Allah.
Khotbah Petrus kepada Kornelius dengan tegas menyatakan bahwa
Allah tidak membedakan orang. Allah berkenan atas setiap orang
dari bangsa manapun yang datang dengan tulus mencari-Nya termasuk
Kornelius yang adalah seorang kafir. Rahasia perkenan Allah atas
semua orang ini terletak pada diri Yesus Kristus (ayat 36-38).
Yesus yang datang ke dunia ini mengerjakan karya keselamatan
untuk membuat orang berkenan kepada Allah. Melalui kematian-Nya
di salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Yesus telah
menyediakan jalan keselamatan untuk semua orang, semua bangsa.


Petrus, sebagai seorang Yahudi belajar mengatasi sikap rasialis dan
menerima Kornelius, seorang kafir sebagai sesama manusia yang
dikasihi Allah (ayat 34). Bahkan Petrus menyadari bahwa
panggilannya mengikut Yesus adalah untuk memberitakan keselamatan
bagi semua orang (ayat 42). Merenungkan ini apa respons kita,
yang pada dasarnya bukan orang Yahudi melainkan sama seperti
Kornelius yang termasuk dalam bilangan bangsa kafir? Kita patut
bersyukur karena hanya oleh karya Kristuslah kita bisa datang
kepada Allah dan layak disebut sebagai umat-Nya. Tugas kita
sekarang adalah memberitakan anugerah itu kepada semua orang
lintas ras, suku, bangsa, dan bahasa, juga status sosial.

Scripture Union Indonesia © 2017.