Hanya dengan doa

Markus 9:14-29

Salah konsep bisa menyebabkan salah bertindak. Maka penting sekali
memiliki konsep yang benar untuk mendasari setiap sikap dan
tindakan kita.


Para murid sebelumnya telah menerima kuasa untuk mengusir setan
(Mrk. 3:14-15). Mereka pun telah berhasil melakukannya (Mrk.
6:6b-13). Namun seolah ilmu yang cukup dipelajari sekali untuk
selamanya, mereka mengira bahwa kuasa itu akan tetap ada pada
mereka. Dengan anggapan demikian, mereka berusaha mengusir setan
yang menguasai seorang anak hingga dia bisu. Lalu apa yang
terjadi? Mereka gagal (ayat 17-18). Kenapa? Pertanyaan Yesus
menyiratkan bahwa mereka kurang beriman (ayat 19). Kebersamaan
mereka dengan Yesus selama itu ternyata tidak menumbuhkan iman
dan pemahaman mereka. Padahal kedekatan dengan Yesus itulah yang
membuat si ayah membawa anaknya untuk disembuhkan para murid.


Selanjutnya Yesus menjelaskan bahwa mereka kurang berdoa (ayat
28-29). Tampaknya para murid mengandalkan kemampuan diri dalam
melakukan mukjizat sehingga mereka tidak bergantung pada Allah.
Padahal kuasa untuk melakukan mukjizat mengharuskan para murid
memelihara hubungan secara konstan dengan Pribadi yang
memberikan mereka kuasa. Dan hubungan itu terpelihara melalui
doa.


Namun perlu kita catat bahwa bukan doa itu sendiri yang membuat para
murid memiliki kuasa. Doa bukanlah mantera. Doa adalah disiplin
rohani yang membawa orang semakin dekat pada Allah. Doa
merupakan ekspresi dari ketergantungan total kepada Allah.
Seorang hamba Tuhan bernama Warren Wiersbe berkata bahwa
otoritas yang Yesus berikan pada para murid hanya efektif jika
dilakukan dengan iman. Dan iman bertumbuh melalui disiplin
rohani.


Jelas bahwa kegagalan para murid berakar dari perspektif mereka yang
terbatas. Mereka tidak memahami keterbatasan mereka dan
ketidakterbatasan kuasa Tuhan. Lalu bagaimana relasi doa dan
kuasa dalam pelayanan kita?

Scripture Union Indonesia © 2017.