Kebahagiaan orang fasik semu

Mazmur 37:1-20

Mengapa anak Tuhan tidak boleh marah melihat orang fasik? Ini
pertanyaan penting untuk kita pikirkan dan renungkan. Tiga kali
pemazmur menasihati para pembacanya agar jangan marah kepada
orang yang berbuat jahat (ayat 1, 7, 8).


Mungkin kita perlu bertanya lebih dahulu, apa yang menyebabkan anak
Tuhan bisa marah atau iri hati terhadap orang jahat? Biasanya
karena mereka bebas berbuat jahat, tetapi hidupnya terlihat aman
dan terlindungi dari murka Allah. Tampaknya Allah telah bersikap
tidak adil. Mengapa orang benar yang justru lebih sering
bermasalah dibanding orang jahat?


Pemazmur memberikan beberapa alasan untuk menjawab pertanyaan di
atas. Pertama, orang fasik tidak mungkin bertahan lama dalam
keberdosaan mereka (ayat 2, 10, 13, 20). Kejahatan mereka akan
segera terbongkar dan hukuman pun akan dijatuhkan Tuhan. Justru
kejahatan mereka akan menimpa mereka sendiri (ayat 15). Kedua,
kalau kita marah kepada orang fasik, berarti kita akan menjadi
sama dengan mereka (ayat 8), karena kemarahan yang tidak
terkendali menjadi dosa. Dalam kemarahan yang seperti itu,
sebenarnya kita secara tidak langsung menuduh Tuhan telah
berpihak kepada orang jahat. Ketiga, Tuhan adalah Allah yang
adil. Ia akan bertindak menghukum orang fasik dan membela orang
benar (ayat 5-6). Orang benar akan mewarisi bumi ini dan
menikmati kesejahteraan (ayat 9, 11, 18-19). Tuhan tahu
memelihara umat-Nya. Maka nasihat pemazmur kepada orang benar
adalah tetap percaya kepada Tuhan dan menantikan Dia bertindak
(ayat 3-4).


Memang kita mudah pesimis dan kecil hati kalau melihat kefasikan
merajalela di sekeliling kita. Bahkan sering kali lingkungan
kerja kita pun dipenuhi dengan praktek-praktek kefasikan. Saat
seperti itu, kita perlu belajar mengarahkan mata rohani kita
kepada Tuhan, dengan lebih banyak berdoa dan merenungkan firman
Tuhan untuk meneguhkan iman kita bahwa Tuhan masih pegang kendali
atas hidup ini.

Scripture Union Indonesia © 2017.