Kesesatan dalam pelayanan

Hakim 18:14-31

Nama Yonatan bin Gersom bin Musa hanya disebutkan sekali di dalam
Kitab Hakim-Hakim (ayat 30). Itu pun muncul pada bagian akhir
dari kisah pendudukan Lais. Nama ini menegaskan siapa
sesungguhnya yang disebut sebagai orang Lewi di Kitab
Hakim-Hakim pasal 17 dan 18.


Sungguh memprihatinkan. Yonatan tidak menjaga nama leluhurnya, yaitu
Musa. Ia membantu Bani Dan untuk mendirikan pusat penyembahan
berhala, sementara ia menjadi imamnya. Ini berlawanan dengan
ketetapan Allah bagi umat Israel (band Ul. 12), dan bagi orang
Lewi sendiri. Hal ini berlangsung sampai Israel diangkut sebagai
orang buangan. Kesesatan Yonatan dimulai saat ia, dengan
kekuatannya sendiri tanpa mengandalkan Allah, ingin memperbaiki
kehidupannya (Hak. 17:7-8). Lalu berlanjut sewaktu ia menerima
tawaran Mikha untuk menjadi imam bagi keluarganya (Hak.
17:9-12). Seharusnya, sebagai seorang Lewi, ia menegur Mikha
atas niat yang sesat itu. Malah berikutnya, ia rela meninggalkan
Mikha untuk menerima jabatan yang lebih tinggi, yaitu menjadi
imam atas suku Dan (ayat 19). Tentu lebih menjanjikan dalam hal
penghargaan dan penghasilan.


Harus kita pertanyakan apakah tindakan Yonatan dapat disebut sebagai
pelayanan kepada Tuhan, Allah yang hidup? Faktanya, ia melayani
dirinya sendiri dan orang yang membiayai hidupnya. Awalnya
Mikha, dan kemudian suku Dan. Yonatan bukanlah juru bicara
Allah. Ia hanya menyenangkan orang dengan menyampaikan apa yang
ingin mereka dengar (Hak. 18:6). Ia tidak peduli apakah yang dia
lakukan sesuai dengan kehendak Allah atas orang Lewi.


Alangkah beda sikap Yonatan dibanding kakeknya, Musa. Yonatan
melihat pelayannya sebagai pekerjaan, bukan sebagai panggilan.
Ia lebih mementingkan uang, jabatan, dan fasilitas dibanding
panggilan untuk melayani Allah. Kita harus mewaspadai diri kita
sendiri. Janganlah kita melayani hanya untuk keuntungan diri,
melainkan agar pekerjaan dan kuasa Tuhan dinyatakan di dalam
kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.