Dengar suara Tuhan dan lakukan

Hakim 17:1-13

Ironis! Nama Mikha berarti "Yang seperti Yahweh". Namun kisah
hidupnya tidak memperlihatkan karakter seperti Yahweh. Ia
mencuri uang ibunya (ayat 2). Nilai uang yang dicurinya tidak
kecil, cukup untuk biaya hidup seorang Israel seumur hidup
(band. ay. 10). Lalu mengapa ia mengembalikan uang itu? Mungkin
ia takut kena kutuk ibunya. Akan tetapi, tidak ada kata maaf
yang keluar dari mulutnya. Mikha telah melanggar Hukum Taurat
yaitu "Jangan mencuri" dan "Hormatilah ayahmu dan ibumu" (Kel.
20:15, 12).


Yang aneh, si ibu tidak memarahi anaknya. Ia justru memberkati dia.
Mungkin ia berharap berkat itu membatalkan kutuk yang terlanjur
dia ucapkan. Kemudian ia mau mempersembahkan uang itu kepada
Tuhan. Nyatanya, hanya 200 dari 1.100 uang perak yang dia
berikan. Si ibu telah mencuri 900 uang perak dari jumlah yang ia
ingin persembahkan pada Tuhan. Rupanya Mikha belajar
ketidakjujuran dari ibunya.


Kesalahan semakin fatal karena ibu dan anak memakai uang itu untuk
membuat patung sesembahan (ayat 3-5). Ini juga melanggar Hukum
Taurat, yaitu "Jangan membuat bagimu patung...." (Kel. 20:3).
Namun kesesatan masih belum berhenti. Selain menyembah patung
yang telah dibuat, Mikha menetapkan seorang Lewi menjadi imam
(ayat 9-12). Padahal ia tidak punya otoritas untuk melakukan hal
itu. Ia malah mengira bahwa Tuhan berkenan atas semua itu (ayat
13).


Apa komentar kita terhadap Mikha dan ibunya? Memang tidak tampak
adanya maksud jahat di sini. Ia tampak tulus. Namun ketulusan
saja tidak cukup, bila dilakukan tanpa landasan kebenaran. Bila
kita lihat situasi dan kondisi pada masa itu, memang semua orang
melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri (ayat 16).
Tak ada tuntunan dan tak ada yang memimpin. Sungguh bersyukur
kita, yang memiliki Alkitab sebagai penuntun hidup kita. Melalui
Alkitab, kita bisa mendengar suara Tuhan. Maka jangan sia-siakan
Alkitab kita. Sediakan waktu untuk menyelidiki apa yang berkenan
di hati Tuhan, dan lakukan!

Scripture Union Indonesia © 2017.