Hukuman dan anugerah

Kejadian 3:8-24

Dosa menyebabkan perasaan bersalah dan takut menghantui pasutri
pertama. Itu sebabnya mereka sembunyi ketika mendengar suara
Tuhan Allah hadir di taman Eden. Lebih daripada itu, mereka
menolak bertanggung jawab atas perbuatan mereka dengan
melemparkan kesalahan kepada pihak lain, bahkan kepada Tuhan
mereka sendiri (ayat 12). Tanpa mereka sadari, dosa telah
membelenggu mereka dari ketulusan dan penyesalan yang seharusnya
membawa kepada pertobatan.


Allah yang adil harus menghukum perbuatan dosa. Maka setiap yang
terlibat harus menerima hukuman yang adil. Namun penghukuman itu
bukan akhir segala-galanya, kecuali kepada ular. Kepada ular,
penghukuman itu secara fisik adalah merayap di tanah serta
memakan debu tanah (ayat 14). Nasibnya sudah dipastikan akan
binasa (ayat 15). Kepada manusia, hukuman Allah diberikan bukan
untuk membinasakan mereka. Tuhan memberikan jalan keluar dari
penderitaan akibat hukuman dosa serta kelepasan dari perbudakan
dosa. Nubuat yang biasa disebut sebagai Injil yang paling awal,
di ayat 15 menegaskan bahwa kelak, melalui Mesias, keturunan
perempuan itu, kuasa belenggu dosa yang diibaratkan sengat tipu
daya ular akan dihancurkan tuntas. Dosa akan mendapatkan
penyelesaian secara sempurna. Sedangkan untuk melepaskan manusia
dari kemungkinan penderitaan berkepanjangan, Tuhan mengusir
mereka dari taman Eden supaya mereka jangan sampai memakan buah
kehidupan lalu harus hidup selamanya dalam penderitaan oleh
karena dosa (ayat 22-24).


Di balik murka Tuhan kita temukan belas kasih dan anugerah-Nya.
Keadilan-Nya menuntut penghukuman, tetapi kasih-Nya menyediakan
pengampunan bahkan pemulihan. Hal itu menjadi sempurna ketika
Kristus naik ke kayu salib. Dia adalah keturunan perempuan yang
memusnahkan kuasa dosa (menginjak kepala ular) melalui
kematian-Nya di salib (tumitnya diremukkan ular).

Scripture Union Indonesia © 2017.